Jumat, 17 April 2020

Teknik Supervisi Akademik

SUPERVISI AKADEMIK 



A.     KONSEP SUPERVISI AKADEMIK

1.    Pengantar
Salah satu peran kepala sekolah/madrasah ialah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melakukan supervisi akademik secara efektif diharapkan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al; 2007). Oleh alasannya adalah itu,  setiap kepala sekolah/madrasah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik. 

Supervisi akademik yang dilaksanakan kepala sekolah/madrasah antara lain adalah selaku berikut.
  1.  Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan pertumbuhan tiap bidang pengembangan pembelajaran inovatif, kreatif, pemecahan persoalan, berpikir kritis dan naluri kewirausahaan
  2.  Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan di sekolah/madrasah atau mata pelajaran di sekolah/madrasah berlandaskan persyaratan isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.
  3. Membimbing guru dalam memilih dan memakai taktik/ tata cara/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat menyebarkan aneka macam peluangsiswa.
  4. Membimbing guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran/ bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk membuatkan kesempatansiswa.
  5. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, berbagi dan memakai media pendidikan dan kemudahan pembelajaran.
  6. Memotivasi guru untuk mempergunakan teknologi informasi untuk pembelajaran.
Kompetensi supervisi akademik pada dasarnya ialah membina guru dalam mengembangkan mutu proses pembelajaran. Sasaran supervisi akademik ialah guru dalam melaksanakan pro­ses pembelajaran, yang terdiri dari bahan pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, penyeleksian taktik/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta observasi tindakan kelas. Oleh karena itu, pembinaan ini  bermaksud untuk mengembangkan kompetensi supervisi akademik yang mencakup (1) Memahami konsep supervisi akademik; (2) membuat planning program supervisi akademik; (3) menerapkan teknik-teknik supervisi akademik; (4) menerapkan supervisi klinis; (5) Melakukan tindak lanjut supervisi akademik.
2.    Uraian
1.    Konsep Supervisi Akademik
Supervisi akademik yakni serangkaian acara menolong guru mengembangkan kemampuannya mengurus proses pembelajaran untuk meraih tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja  guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi mudah evaluasi kinerja guru dalam supervisi akademik adalah menyaksikan keadaan faktual kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, contohnya apa yang sebetulnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sesungguhnya dilaksanakan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang mempunyai arti bagi guru dan murid?, apa yang telah dijalankan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kelemahan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh info tentang kemampuan guru dalam mengorganisir pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan evaluasi kinerja berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan acara supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaik mungkin.

2.    Tujuan dan fungsi supervisi akademik
Tujuan supervisi akademik adalah:
a.    menolong guru membuatkan kompetensinya,
b.    berbagi kurikulum,
c.    mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987).
Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential function) dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber info bagi pengembangan profesionalisme guru.

3.    Prinsip-prinsip supervisi akademik
a.    Mudah, artinya gampang dikerjakan sesuai keadaan sekolah.
b.    Sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan acara supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran.
c.    Objektif, artinya masukan sesuai aspek-faktor instrumen.
d.    Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sesungguhnya.    
e.    Antisipatif, artinya mampu menghadapi dilema-persoalan yang mungkin akan terjadi.
f.     Konstruktif, artinya berbagi kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran.
g.    Kooperatif, artinya ada kolaborasi yang baik antara supervisor dan guru dalam membuatkan pembelajaran.
h.    Kekeluargaan, artinya menimbang-nimbang saling asah, asih, dan ajar dalam membuatkan pembelajaran.
i.      Demokratis, artinya supervisor dihentikan mendominasi pelaksanaan supervisi akademik.
j.      Aktif, artinya guru dan supervisor mesti aktif ikut serta.
k.    Humanis, artinya mampu menciptakan korelasi kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan sarat humor
l.      Berkesinambungan (supervisi akademik dijalankan secara terorganisir dan berkelanjutan oleh Kepala sekolah).
m.   Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan.
n.    Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas (Dodd, 1972).

4.    Dimensi-dimensi subtansi supervisi akademik
a.    Kompetensi kepribadian.
b.    Kompetensi pedagogik.
c.    Kompotensi profesional.
d.    Kompetensi sosial.

3.    Contoh
Sering dijumpai adanya kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik hanya datang ke sekolah dengan membawa instrumen pengukuran kinerja. Kemudian masuk ke kelas melaksanakan pengukuran kepada kinerja guru yang sedang mengajar. Setelah itu, selesailah tugasnya, seperti supervisi akademik sama dengan pengukuran kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Perilaku supervisi akademik sebagaimana diuraikan di atas merupakan salah satu acuan perilaku supervisi akademik belum baik. Perilaku supervisi akademik yang demikian tidak akan menunjukkan banyak dampak kepada tujuan dan fungsi supervisi akademik. Seandainya memperlihatkan pengaruh, pengaruhnya relatif sangat kecil artinya bagi kenaikan kualitas  guru dalam mengurus proses pembelajaran. Supervisi akademik sama sekali bukan penilaian unjuk kerja guru. Apalagi bila tujuan utama penilaiannya semata-mata cuma dalam arti sempit, yakni mengkalkulasi mutu eksistensi guru dalam memenuhi kepentingan pengukuhan guru belaka.
Hal ini sangat berbeda dengan desain supervisi akademik. Secara konseptual, supervisi akademik yakni serangkaian kegiatan menolong guru berbagi kemampuannya mengurus proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik ialah upaya menolong guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, memiliki arti, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai kinerja guru dalam mengorganisir proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.
Meskipun demikian, supervisi akademik tidak mampu terlepas dari evaluasi unjuk kerja guru dalam mengurus pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa supervisi akademik ialah serangkaian acara menolong guru membuatkan kemampuannya mengurus proses pembelajaran, maka menganggap unjuk kerja guru dalam mengorganisir proses pembelajaran ialah salah satu acara yang tidak bisa dihindarkan prosesnya. Penilaian kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses perlindungan perhitungan kualitas  kerja guru dalam mengorganisir proses pembelajaran, ialah bagian integral dari serangkaian aktivitas supervisi akademik. Agar supervisi akademik mampu menolong guru menyebarkan kemampuannya, maka untuk pelaksanaannya apalagi dulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya.

B.      KONSEP PERENCANAAN PROGRAM SUPERVISI AKADEMIK

A.   Pengantar
Salah satu peran kepala sekolah adalah mempersiapkan supervisi akademik. Agar kepala sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka kepala sekolah mesti mempunyai kompetensi menciptakan planning program supervisi akademik.

B.   Uraian
1.    Konsep perencanaan acara supervisi akademik
Perencanaan program supervisi akademik adalah penyusunan dokumen perencanaan pemantauan  serangkaian kegiatan menolong guru berbagi kemampuannya mengurus proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.    Manfaat penyusunan rencana acara supervisi akademik
Manfaat perencanaan program supervisi akademik adalah selaku berikut :
a.    selaku aliran pelaksanaan dan pengawasan akademik,
b.    untuk menyamakan pandangan seluruh warga sekolah perihal acara supervisi akademik, dan
c.    penjamin penghematan serta keefektifan penggunaan sumber daya sekolah (tenaga, waktu dan ongkos).

3.    Prinsip-prinsip perencanaan acara supervisi akademik
Prinsip-prinsip penyusunan rencana program supervisi akademik yakni:
a.    obyektif (data apa adanya),
b.    bertanggung jawab,
c.    berkelanjutan,
d.    didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan, dan
e.    didasarkan pada keperluan dan keadaan sekolah/madrasah.

4.    Ruang lingkup supervisi akademik
Ruang lingkup supervisi akademik mencakup:
a.    Pelaksanaan KTSP
b.    Persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran oleh guru.
c.    Pencapaian patokan kompetensi lulusan, patokan proses, kriteria Isi, dan peraturan pelaksanaannya.
d.    Peningkatan mutu pembelajaran melalui pengembangan sebagai berikut:
1)    versi acara pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses;
2)    peran serta penerima didik dalam proses pembelajaran secara aktif, kreatif, demokratis, mendidik,   memotivasi, mendorong kreativitas dan dialogis;
3)    akseptor latih mampu membentuk aksara dan mempunyai teladan pikir serta keleluasaan berpikir sehingga mampu melaksanakan kegiatan intelektual yang kreatif dan kreatif, berdalih, mempertanyakan, mengkaji, menemukan, dan memprediksi;
4)    keterlibatan akseptor didik secara aktif dalam proses belajar yang dikerjakan secara betul-betul dan mendalam untuk mencapai pemahaman desain, tidak terbatas pada bahan yang diberikan oleh guru.
5)    bertanggung jawab terhadap kualitas perencanaan acara pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya agar siswa mampu:
a)    berkembangrasa ingin tahunya;
b)    meraih keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan tujuan pendidikan;
c)    memahami pertumbuhan pengetahuan dengan kesanggupan mencari sumber informasi;
d)    mengolah informasi menjadi pengetahuan;
e)    menggunakan pengetahuan untuk menuntaskan problem;
f)     mengkomunikasikan wawasan pada pihak lain; dan
g)    membuatkan belajar berdikari dan kalangan dengan proporsi yang masuk akal.
Supervisi akademik juga meliputi buku kurikulum, aktivitas mencar ilmu mengajar dan pelaksanaan bimbingan dan konseling. Supervisi akademik tidak kalah pentingnya dibanding dengan supervisi administratif. Sasaran utama supervisi edukatif yaitu proses belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran. Variabel yang menghipnotis proses pembelajaran antara lain guru, siswa, kurikulum, alat dan buku pelajaran serta keadaan lingkungan dan fisik. Oleh karena itu, konsentrasi utama supervisi edukatif yaitu usaha-usaha yang sifatnya menunjukkan kesempatan kepada guru untuk meningkat secara profesional sehingga mampu melakukan tugas pokoknya, ialah: memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.
Sasaran utama supervisi akademik ialah kesanggupan-kemampuan guru dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran, melakukan kegiatan pembelajaran, menganggap hasil pembelajaran, memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan pembelajaran, menciptakan lingkungan berguru yang menggembirakan, mempergunakan sumber mencar ilmu yang tersedia, dan menyebarkan interaksi pembelajaran (seni manajemen, metode, teknik) yang sempurna. Supervisi edukatif juga harus didukung oleh instrumen-instrumen yang sesuai.

  1. Instrumen-instrumen supervisi akademik
Seorang kepala sekolah/madrasah yang mau melakukan aktivitas supervisi mesti mempersiapkan peralatan supervisi, instrumen, sesuai dengan tujuan, sasaran, objek metode, teknik dan pendekatan yang direncanakan, dan instrumen yang tepat, berbentukformat-format supervisi dapat dilihat pada lampiran berbentukformat 1 hingga dengan 9.
6.    Bagaimana model-model supervisi akademik?
Secara umum aktivitas supervisi dapat dibedakan dalam dua macam, adalah: supervisi umum dan supervisi akademik. Supervisi umum dilaksanakan untuk seluruh aktivitas teknis manajemen sekolah, sedangkan supervisi akademik lebih diarahkan pada peningkatan mutu pembelajaran. Berikut ini akan dibahas lebih mendalam mengenai supervisi akademik.
a.    Model supervisi tradisional
1)    Observasi Langsung
Supervisi versi ini mampu dikerjakan dengan observasi eksklusif kepada guru yang sedang mengajar lewat mekanisme: pra-pengamatan dan post-observasi.
a)    Pra-Observasi
Sebelum pengamatan kelas, supervisor sebaiknya melaksanakan wawancara serta diskusi dengan guru yang hendak diamati. Isi diskusi dan wawancara tersebut meliputi kurikulum, pendekatan, metode dan strategi, media pengajaran, evaluasi dan analisis.
b)    Observasi
Setelah wawancara dan diskusi tentang apa yang akan dilaksanakan guru dalam acara belajar mengajar, lalu supervisor menyelenggarakan pengamatan kelas. Observasi kelas meliputi pendahuluan (apersepsi), pengembangan, penerapan dan penutup.
c)    Post-Observasi
Setelah pengamatan kelas final, semestinya supervisor menyelenggarakan wawancara dan diskusi wacana: kesan guru terhadap penampilannya, kenali keberhasilan dan kekurangan guru, kenali ketrampilan-ketrampilan mengajar yang perlu ditingkatkan, pemikiran -pemikiran baru yang hendak dilaksanakan.

2)    Supervisi akademik dengan cara tidak langsung
a)    Tes kagetan
Sebaiknya soal yang digunakan pada dikala diadakan telah dimengerti validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukarannya. Soal yang diberikan sesuai dengan yang sudah dipelajari penerima asuh waktu itu.
b)    Diskusi masalah
Diskusi masalah berawal dari masalah-masalah yang didapatkan pada observasi Proses Pembelajaran (PBM), laporan-laporan atau hasil studi dokumentasi. Supervisor dengan guru mendiskusikan kasus demi masalah, mencari akar masalah dan mencari aneka macam alternatif jalan keluarnya.
c)    Metode angket
Angket ini berisi pokok-pokok ajaran yang berhubungan akrab dan merefleksikan tampilan, kinerja guru, kualifikasi relasi guru dengan siswanya dan sebagainya.

b.    Model kekinian (kurun sekarang)
Supervisi akademik model kekinian dilakukan dengan pendekatan klinis, sehingga sering disebut juga sebagai model supervisi klinis. Supervisi akademik dengan pendekatan klinis, ialah supervisi akademik yang bersifat kolaboratif. Prosedur supervisi klinis sama dengan supervisi akademik langsung, yaitu: dengan observasi kelas, tetapi pendekatannya berbeda.


C.   TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI AKADEMIK

A.   Pengantar
Satu di antara peran kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melakukan supervisi akademik secara efektif diharapkan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al; 2007). Oleh karena itu,  setiap Kepala sekolah mesti memiliki keterampilan teknikal berupa kesanggupan menerapkan teknik-teknik supervisi yang sempurna dalam melaksanakan supervisi akademik. Teknik-teknik supervisi akademik mencakup dua macam, adalah: perorangan dan kelompok (Gwyn, 1961).

B.   Uraian
Teknik supervisi akademik ada dua, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi golongan.
1.    Teknik supervisi individual
Teknik supervisi perorangan yaitu pelaksanaan supervisi  perseorangan terhadap guru. Supervisor di sini cuma berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini akan dimengerti mutu pembelajarannya.

2.    Macam-macam teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual ada lima macam ialah:
a.    kunjungan kelas,
b.    pengamatan kelas,
c.    konferensi individual,
d.    kunjungan antarkelas, dan
e.    menilai diri sendiri.

3.    Kunjungan kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk memperhatikan proses pembelajaran di kelas. Tujuannya yaitu untuk membantu guru dalam menanggulangi dilema di dalam kelas.

Melaksanakan kunjungan kelas
Cara melakukan kunjungan kelas:
a.    dengan  atau tanpa pemberitahuan apalagi dahulu tergantung sifat tujuan dan masalahnya,
b.    atas usul guru bersangkutan,
c.    telah mempunyai instrumen atau catatan-catatan, dan
d.    tujuan kunjungan harus terang.

 Tahap-tahap kunjungan kelas
Ada empat tahap kunjungan kelas.
a.    Tahap antisipasi. Pada tahap ini, supervisor menyiapkan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas.
b.    Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berjalan.
c.    Tahap final kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bareng guru mengadakan kontrakuntuk membicarakan hasil-hasil observasi.
d.    Tahap terakhir ialah tahap tindak lanjut.

Kriteria kunjungan kelas
Dengan menggunakan enam kriteria yaitu:
a.    memiliki tujuan-tujuan tertentu;
b.    mengungkapkan faktor-faktor yang dapat memperbaiki kemampuan guru;
c.    memakai instrumen pengamatan untuk menerima data yang obyektif;
d.    terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menyebabkan sikap saling pengertian;
e.    pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses pembelajaran; dan
f.     pelaksanaannya dibarengi dengan acara tindak lanjut.

3.    Observasi kelas
Observasi kelas yaitu mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data obyektif  aspek-faktor situasi pembelajaran, kesusahan-kesusahan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran.

4.   Aspek-aspek yang diobservasi di dalam kelas
Secara biasa , aspek-aspek yang diobservasi adalah:
a.    usaha-perjuangan dan acara guru-siswa dalam proses pembelajaran,
b.    cara memakai media pengajaran
c.    variasi sistem,
d.    ketepatan penggunaan media dengan materi
e.    ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan
f.     reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.

5.    Pelaksanaan observasi kelas
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahap:
a.    persiapan,
b.    pelaksanaan,
c.    penutupan,
d.    evaluasi hasil pengamatan; dan
e.    tindak lanjut. Supervisor: 1) sudah siap dengan instrumen pengamatan, 2) menguasai problem dan tujuan supervisi, dan 3) observasi tidak mengganggu proses pembelajaran.

  • 6.      Pertemuan Individual
Pertemuan perorangan yakni satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar asumsi antara supervisor guru. Tujuannya yakni:
a.    menawarkan kemungkinan perkembangan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi;
b.    berbagi hal mengajar yang lebih baik;
c.    memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan
d.    menghilangkan atau menghindari segala dugaan.

  1. Jenis-jenis pertemuan perorangan
Swearingen (1961) mengklasifikasi empat jenis konferensi (percakapan) individual selaku berikut
a.    classroom-conference, ialah percakapan perorangan yang dikerjakan di dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat).
b.    office-conference. Yaitu percakapan perorangan yang dikerjakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang mampu digunakan untuk menawarkan klarifikasi pada guru.
c.    causal-conference. Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan berjumpa dengan guru
d.    observational visitation. Yaitu percakapan individual yang dilakukan sesudah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.

Pelaksanaan konferensi individual
Supervisor mesti berusaha menyebarkan segi-segi faktual guru, mendorong guru menanggulangi kesulitan-kesulitannya, menunjukkan pengarahan, dan melaksanakan akad kepada hal-hal yang masih mencurigai.

  1. Kunjungan antar kelas
Kunjungan antar kelas yakni guru yang satu berkunjung ke kelas lainnya di sekolah itu sendiri. Tujuannya yakni untuk mengembangkan pengalaman dalam pembelajaran.


  1. Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas
Caranya:
a.    mesti dijadwalkan;
b.    guru-guru yang mau dikunjungi mesti diseleksi;
c.    tentukan guru-guru yang hendak mendatangi;
d.    sediakan segala kemudahan yang dibutuhkan;
e.    supervisor hendaknya mengikuti program ini dengan observasi yang cermat;
f.     adakah tindak lanjut sesudah kunjungan antar kelas simpulan, misalnya dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan santunan tugas-peran tertentu;
g.    segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada suasana dan kondisi yang dihadapi;
h.    selenggarakan perjanjian-persetujuanuntuk menyelenggarakan kunjungan antar kelas berikutnya.

11.    Menilai diri sendiri
Menilai diri ialah evaluasi diri yang dijalankan oleh diri sendiri secara objektif. Untuk maksud itu dibutuhkan kejujuran diri sendiri.

12.    Cara-cara menganggap diri sendiri
Caranya sebagai berikut.
a.    Suatu daftar pandangan atau pertimbangan yang disampaikan kepada murid-murid untuk menganggap pekerjaan atau sebuah kegiatan. Biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak butuhmenyebut nama.
b.    Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
c.    Mencatat kegiatan murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja secara individu maupun secara golongan.
13.    Supervisi kelompok
Teknik supervisi kelompok yaitu satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau keperluan atau kekurangan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bahu-membahu. Kemudian terhadap mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan persoalan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut Gwynn (1961), ada tiga belas teknik supervisi golongan adalah:
a.    kepanitiaan-kepanitiaan,
b.    kerja kalangan,
c.    laboratorium dan kurikulum,
d.    membaca terpimpin,
e.    demonstrasi pembelajaran,
f.     darmawisata,
g.    kuliah/studi,
h.    diskusi panel,
i.      perpustakaan,
j.      organisasi profesional,
k.    buletin supervisi,
l.      konferensi guru,
m.   lokakarya atau konferensi golongan

Tidak satupun di antara teknik-teknik supervisi perorangan atau kalangan di atas yang sesuai atau bisa dipraktekkan untuk semua pelatihan guru di sekolah. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah harus mampu menetapkan teknik-teknik mana yang sekiranya mampu membina keahlian pembelajaran seorang guru. Untuk menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang kepala sekolah, selain harus mengenali aspek atau bidang keterampilan yang hendak dibina, juga mesti mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru sehingga teknik yang dipakai sungguh-sungguhsesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi akademik. Sehubungan dengan kepribadian guru, Lucio dan McNeil (1979) menyarankan semoga kepala sekolah memikirkan enam aspek kepribadian guru, adalah keperluan guru, minat guru, talenta guru, temperamen guru, perilaku guru, dan sifat-sifat somatic guru.

C.   Contoh
Jika kepala sekolah ingin menyelenggarakan supervisi akademik, maka tentukan dulu apakah supevisi itu untuk perorangan atau kelompok. Kemudian seleksilah teknik supervisi yang sempurna menurut pengalaman kepala sekolah dengan banyak bertanya kepada pengawas sekolah selaku pembina atau sahabat sejawat.


D.           KONSEP SUPERVISI KLINIS

A.   Pengantar
Ide untuk memberlakukan supervisi klinis bagi guru timbul saat guru tidak harus disupervisi atas harapan kepala sekolah sebagai supervisor tetapi atas kesadaran guru untuk tiba ke supervisor untuk minta pertolongan menangani masalahnya. Kepala sekolah sebagai supervisor akademik seyogyanya memiliki wawasan dan menguasai penerapan supervisi klinis.

B.   Uraian
1.    Supervisi klinis
Supervisi klinis yakni training kinerja guru dalam mengurus proses pembelajaran (Sullivan & Glanz, 2005). Menurut Sergiovanni (1987) ada dua tujuan supervisi klinis: pengembangan profesional dan motivasi kerja guru.

2.    Pelaksanaan supervisi klinis
Menurut Sullivan & Glanz (2005), ada empat langkah ialah:
a.    penyusunan rencana konferensi,
b.    observasi,
c.    pertemuan berikutnya, dan
d.    repleksi kerja sama.

Langkah-langkah perencanaan konferensi meliputi: 1) menetapkan fokus pengamatan (pendekatan umum, info eksklusif, kolaboratif, atau eksklusif diri sendiri), 2) menetapkan metode dan formulir pengamatan, 3) mengontrol waktu observasi dan konferensi berikutnya. Langkah-langkah observasi: a) memilih alat pengamatan, b) melaksanakan pengamatan, c) memverifikasi hasil pengamatan dengan guru pada konferensi berikutnya, d) menganalisis data hasil verifikasi dan menginterpretasi, dan e) memilih pendekatan interpersonal sehabis konferensi selanjutnya. Langkah-langkah konferensi berikunya ialah memilih konsentrasi dan waktu. Langkah-langkah refleksi kerja sama: (1) menemukan nilai-nilai apa? (2) mana yang kurang bernilai, (3) apa rekomendasi-saran anda.
 
3.    Perbedaan Pokok Supervisi Tradisional dengan Supervisi Klinis Ditinjau dari Pendekatannya
No
Supervisi Tradisional (Preskriptif)
Supervisi Klinis (Kolaboratif)
1
Supervisor bertindak selaku inspektur yang harus mengamankan peraturan yang berlaku.
Supervisor bertindak selaku mitra atau rekan kerja guru.
2
Supervisor menilai dirinya sebagai spesialis dan memiliki rasa super kalau dibanding dengan guru yang disupervisi.
Supervisor dan guru yang disupervisi mempunyai derajat keahlian yang serupa.
3
Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan preskriptif (membandingkan apa yang diobservasi dengan apa yang dijadikan model).
Pendekatan yang dipakai ialah pendekatan inkuiri (mencoba mendapatkan dan memahami apa yang dijalankan guru)
4
Supervisor lebih berkuasa dari guru yang disupervisi dalam aktivitas diskusi sebelum dan setelah pengamatan
Diskusi dilakukan sebagai tindak lanjut dari observasi proses pembelajaran yang dilaksanakan. Diskusi bersifat terbuka dan objektif.
5
Supervisi bertujuan untuk menjamin agar tata cara yang ditetapkan diterapkan secara benar
Supervisi bermaksud untuk menolong berbagi profesionalitas guru melalui aktivitas-acara reflektif.

4.    Terdapat perbedaan antara supervisi non-klinis dengan supervisi klinis sebagai berikut (La Sulo, 1988:9).
No
Aspek
Supervisi non klinis
Supervisi klinis
1
Prakarsa dan tanggung jawab
Terutama oleh supervisor
Diutamakan oleh guru
2
Hubungan supervisor dengan guru
Realisasi atasan dengan bawahan
Realisasi kolegial yang sederajat dan interaktif
3
Sifat supervisi  
Cenderung direktif atau otokratif
Bantuan yang demokratis
4
Sasaran supervisi
Samar-samar atau sesuai impian supervisor
Diajukan oleh guru sesuai dengan kebutuhannya, dikaji bareng menjadi perjanjian
5
Ruang lingkup supervisi 
Umum dan luas
Terbatas sesuai kesepakatan
6
Tujuan supervisi 
Cenderung evaluatif
Bimbingan yang analitis dan deskriptif
7
Peran supervisor dalam pertemuan
Banyak member tahu dan mengarahkan
Banyak bertanya untuk analisis diri
8
Balikan
Atas kesimpulan supervisor
Dengan analisis dan interprestasi bareng berdasarkan data pengamatan sesuai kontrak.


C.   Contoh
Supervisi klinis mampu dianalogikan dengan istilah klinis dalam dunia kesehatan yang menunjuk pada suatu tempat untuk berobat. Seorang pasien datang ke klinis bukan karena dipanggil dokter melainkan alasannya adalah ia memerlukan pengobatan agar sembuh dari penyakitnya. Selanjutnya, dokter menyelenggarakan diagnosis dan resep untuk mengobati penyakit pasiennya. Dalam dunia sekolah, guru tiba sendiri menemui kepala sekolah untuk meminta bantuan memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.

D.   TINDAK LANJUT HASIL SUPERVISI AKADEMIK TERHADAP GURU

A.   Pengantar
Hasil supervisi perlu ditindaklanjuti supaya menawarkan efek yang positif untuk mengembangkan profesionalisme guru. Dampak konkret ini diperlukan mampu dirasakan masyarakat maupun stakeholders. Tindak lanjut tersebut berupa: penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang sudah menyanggupi kriteria, teguran yang bersifat mendidik diberikan terhadap guru yang belum menyanggupi tolok ukur dan guru diberi peluang untuk mengikuti training/penataran Iebih lanjut.

B.   Uraian
Tindak lanjut dari hasil analisis ialah pemanfaatan hasil supervisi. Dalam bahan pelatihan ihwal tindak lanjut hasil supervisi akan dibahas tentang training dan pemantapan instrumen.

1.      Pembinaan 
Kegiatan pelatihan mampu berupa training langsung dan tidak pribadi.
a.    Pembinaan langsung
Pembinaan ini dikerjakan terhadap hal-hal yang sifatnya khusus, yang perlu perbaikan dengan secepatnya dari hasil analisis supervisi.
b.    Pembinaan tidak langsung
Pembinaan ini dilaksanakan terhadap hal-hal yang sifatnya biasa yang perlu perbaikan dan perhatian setelah memperoleh hasil analisis supervisi.

Beberapa cara yang mampu dikerjakan kepala sekolah/madrasah dalam membina guru untuk meningkatkan proses pembelajaran dalam:
1.      Menggunakan secara efektif isyarat bagi guru dan bahan pembantu guru yang lain
2.      Menggunakan buku teks secara efektif
3.      Menggunakan praktek pembelajaran yang efektif yang dapat mereka pelajari selama training profesional/inservice pelatihan
4.      Mengembangkan teknik pembelajaran yang telah mereka miliki
5.      Menggunakan metodologi yang luwes (fleksibel)
6.      Merespon keperluan dan kemampuan perorangan siswa
7.      Menggunakan lingkungan sekitar selaku alat bantu pembelajaran
8.      Mengelompokan siswa secara lebih efektif
9.      Mengevaluasi siswa dengan lebih akurat/teliti/seksama
10.   Berkooperasi dengan guru lain agar lebih berhasil
11.   Mengikutsertakan masyarakat dalam mengelola kelas
12.   Meraih moral dan motivasi mereka sendiri
13.   Memperkenalkan teknik pembelajaran modern untuk penemuan dan kreatifitas layanan pembelajaran
14.   Membantu menunjukan siswa dalam mengembangkan ketrampilan berpikir kritis, menyelesaikan problem dan pengambilan keputusan
15.   Menciptakan situasi pembelajaran yang aman

2.      Pemantapan Instrumen Supervisi
Kegiatan untuk memantapkan instrumen supervisi mampu dijalankan dengan cara diskusi golongan oleh para supervisor ihwal instrumen supervisi akademik maupun instrumen supervisi non akademik.
Dalam memantapkan instrumen supervisi, dikelompokkan menjadi:
a.   Persiapan guru untuk mengajar terdiri dari:
1)  Silabus
2)  RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
3)  Program Tahunan
4)  Program Semesteran
5)  Pelaksanaan proses pembelajaran
6)  Penilaian hasil pembelajaran
7)  Pengawasan proses pembelajaran
b.   Instrumen supervisi aktivitas berguru mengajar
1)      Lembar pengamatan
2)      Suplemen pengamatan (ketrampilan mengajar, karakteristik mata pelajaran, pendekatan klinis, dan sebagainya)
c.   Komponen dan kelengkapan instrumen, baik instrumen supervisi akademik maupun isntrumen supervisi non akademik.
d.   Penggandaan instrumen dan gosip kepada guru bidang studi binaan atau kepada karyawan untuk instrumen non akademik.
Dengan demikian, dalam tindak lanjut supervisi mampu disimpulkan sebagai berikut:
a.   Dalam pelaksanaannya acara tindak lanjut supervisi akademik target utamanya adalah kegiatan belajar mengajar.
b.   Hasil analisis, catatan supervisor, mampu dimanfaatkan untuk pertumbuhan kemampuan mengajar guru atau mengembangkan profesionalisme guru dan karyawan, setidak-tidaknya dapat menghemat kendala-kendala yang timbul atau yang  mungkin akan timbul.
c.   Umpan balik akan member prtolongan bagi supervisor dalam melaksanakan tindak lanjut supervisi.
d.   Dari umpan balik itu pula mampu tercipta suasana komunikasi yang tidak mengakibatkan ketegangan, menonjolkan otoritas yang mereka miliki, memberi potensi untuk mendorong guru memperbaiki tampilan, serta kinerjanya.
Cara-cara melakukan tindak lanjut hasil supervisi akademik selaku berikut.
1.   Mengkaji rangkuman hasil evaluasi.
2.   Apabila ternyata tujuan supervisi akademik dan patokan-kriteria pembelajaran belum tercapai, maka seharusnya dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap guru yang menjadi tujuan pelatihan.
3.   Apabila ternyata memang tujuannya belum tercapai maka mulailah merancang kembali acara supervisi akademik guru untuk kurun selanjutnya.
4.   Membuat planning aksi supervisi akademik berikutnya.
5.   Mengimplementasikan planning agresi tersebut pada masa berikutnya.
6.   Ada lima langkah training kemampuan guru lewat supervisi akademik, yaitu:
a.   membuat kekerabatan-relasi yang harmonis,
b.   analisis kebutuhan,
c.   membuatkan taktik dan media,
d.   menilai, dan
e.   revisi

C.   Contoh
Seorang kepala sekolah sudah tamat mensupervisi guru A mapel IPA. Hasil rekapitulasi skor menunjukkan 86 yang dikategorikan Baik dengan beberapa catatan, dilanjutkan dengan penilaian proses pembelajaran. Evaluasi menggunakan format dalam (lampiran) yang mengacu penyusunan rencana acara supervisi akademik. Caranya dengan menambah satu kolom lagi untuk kolom realisasi. Selanjutnya, realisasi ketimbang sasaran atau indikator untuk mengetahui tingkat ketercapaiannya.





DAFTAR PUSTAKA
Dodd, W.A. 1972. Primary School Inspection in New Countries. London: Oxford University Press.

Glickman, C.D., Gordon, S.P., and Ross-Gordon, J.M. 2007. Supervision and Instructional Leadership A Development Approach. Seventh Edition. Boston: Perason.

Gwynn, J.M. 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead & Company.

Robbins, S.P.2008. The Truth about Managing People. Second Edition. Upper Sadle River, New Jersey: Pearson Education, Inc.

Sergiovanni, T.J. 1982. Supervision of Teaching. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.

Sullivan, S. & Glanz, J. 2005. Supervision that Improving Teaching Strategies and Techniques. Thousand Oaks, California: Corwin Press.

Verma, V.K. 1996. The Human Aspects of Project Management Human Resources Skills for the Project Manager. Volume Two. Harper Darby,PA: Project Management Institute.

Sullivan, S & Glanz, J. 2005. Supervision that Improves
         Teaching Strategies and Techniques. Thousand Oaks,
          California: Corwin Press.

Supervisi Akademik dalam kenaikan profesionalisme guru. 
          2006. Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah Pendidikan
          Dasar. Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK
          Depdiknas.

Wiles, J. dan J. Bondi. 1986. Supervision: A Guide to Practice . Second Edition. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company





= Baca Juga =




Sumber https://forumgurunusantara.blogspot.com


EmoticonEmoticon