Minggu, 19 April 2020

Pengertian Motif Dan Motivasi

Pengertian Motif dan Motivasi 

Pengertian Motif dan Motivasi . Motif diartikan selaku daya aktivis yang mendorong seseorang melaksanakan kegiatan-acara tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Sardiman (1996:73), motif yang telah aktif disebut motivasi.

Mengacu pada pertimbangan Travers (1996:423-433), motivasi merupakan proses yang tidak mampu diamati, tetapi bisa ditafsirkan lewat langkah-langkah individu yang berperilaku laku, sehingga motivasi merupakan konstruksi jiwa.  Kedudukan motivasi sejajar dengan isi jiwa sebagai cipta (kognisi), karsa (konasi), dan rasa (emosi) yang ialah tridaya.  Apabila cipta, karsa dan rasa  yang menempel pada diri seseorang, dikombinasikan dengan motivasi, mampu menjadi catur daya atau empat dorongan kekuatan yang mampu  mengarahkan individu meraih tujuan dan menyanggupi kebutuhan.


Sedangkan Lawler (2004:1) mengemukakan bahwa motivasi adalah sebuah keadaan yang mendorong atau menjadi penyebab seseorang melaksanakan  suatu tindakan atau acara yang dilakukan secara sadar, walaupun tidak tertutup kemungkinan bahwa dalam keadaan terpaksa seseorang mungkin saja melaksanakan suatu acara yang tidak disukainya.  Kegiatan yang didorong oleh sesuatu yang tidak diminati berupa aktivitas yang terpaksa dilakukan condong berlangsung tidak efektif dan tidak efisien.

Motivasi juga dapat dinilai sebagai sebuah daya dorong (driving force) yang mengakibatkan orang dapat berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan.  Hal ini sesuai dengan pendapat Chauhan (1998:67) bahwa motivasi menunjuk pada tanda-tanda yang melibatkan dorongan tindakan kepada tujuan tertentu.

Para pakar sosial beropini bahwa ada dua bagian utama untuk menganalisis motivasi sebagai dasar tingkah laris individu, ialah: (1) komponen internal, merupakan dorongan yang berdasarkan keperluan atau motif, dan (2) bagian tujuan yang ingin diraih.  Dengan tercapainya tujuan memiliki arti telah tercukupi kebutuhan individu.  Komponen tujuan sifatnya eksternal yang berada di luar individu.  Sehubungan dengan itu Maslow (1990:22) mengemukakan bahwa studi motivasi sebagian merupakan studi perihal tujuan, cita-cita dan keperluan insan.

Dalam sebuah motif umumnya terdapat dua bagian pokok, adalah; 1) komponen  dorongan atau keperluan, atau disebut juga “proses tenaga” yang  sifatnya internal dan 2) bagian tujuan, yang mengandung unsur pembelajaran atau penyesuaian selaku imbas aspek eksternal.  Proses interaksi timbal balik antara kedua bagian tersebut terjadi dalam diri individu, tetapi dapat dipengaruhi oleh sesuatu di luar diri manusia.  Misalnya  keadaan cuaca, keadaan lingkungan dan sebagainya.  Oleh sebab itu mampu saja terjadi pergeseran motivasi pada diri seseorang dalam waktu singkat, kalau ternyata motivasi yang pertama mendapat kendala atau mungkin tidak tercukupi.

Teori motivasi yang bekerjasama dengan pertumbuhan atau  pemenuhan banyak sekali kebutuhan dikembangkan oleh Maslow.  Berdasarkan keperluan yang terkenal dalam operasionalnya dipaparkan motif-motif individu dalam berbagai tingkatan.  Bila keperluan individu pada tingkat yang paling rendah tercukupi, maka keperluan-kebutuhan lain pada tingkat yang lebih tinggi segera timbul.  Kebutuhan  individu dimulai dari keperluan biologis yang dibawa sejak lahir hingga dengan kebutuhan psikologis yang kompleks.

Suatu motif akan menguasai tingkah laku seseorang jikalau motif yang berada di bawahnya telah terpenuhi.  Tingkah laku manusia mula-mula  dikuasai oleh motif yang paling rendah, yakni motif fisiologis seperti lapar, haus, seks dan sebagainya. Setelah motif dasar tercukupi, motif di atasnya mulai menguasai sampai dengan motif yang paling tinggi. ialah motif aktualisasi diri. Kebutuhan yang sudah terpenuhi tidak mampu berfungsi lagi sebagai motivator, contohnya udara buat bernapas.

Menurut Maslow (1990:73-74), Motivasi yakni energi dalam diri seseorang yang ditandai oleh “feeling” dan didahului oleh jawaban terhadap tujuan. Selanjutnya dikemukakan bahwa motivasi ini mengandung tiga bagian penting yakni: (a) Motivasi mengawali perubahan energi pada diri setiap individu, sebab menyangkut perubahan energi manusia, penampakannya akan menyangkut aktivitas fisik; (b) Motivasi ditandai oleh adanya rasa/feeling, atau afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi ada korelasi dengan. kejiwaan, afeksi dan emosi yang mampu memilih tingkah laku manusia; (c) Motivasi akan terangsang sebab adanya tujuan. Motivasi merupakan respon dari tujuan. Tujuan ini menyangkut keperluan.

Sejalan dengan itu Lawler (2004:3-6) menyampaikan bahwa fungsi motivasi bagi manusia ialah; 1) motivasi sebagai motor penggerak bagi insan, ibarat materi bakar pada kendaraan, 2) motivasi ialah pengatur dalam menentukan alternatif di antara dua atau lebih  acara yang bertentangan. dengan memperkuat suatu motivasi akan memperlemah motivasi lainnya, oleh sebab itu seorang akan melaksanakan satu aktivitas  dan meninggalkan kegiatan lainnya, 3) motivasi ialah pengatur arah  atau tujuan dalam melakukan aktivitas. Dengan kata lain  setiap orang cuma akan menentukan dan berupaya untuk meraih tujuan  pada metode yang menunjukkan motivasi tinggi dan bukan mewujudkan tujuan pada sistem yang lemah motivasinya.

Seseorang melaksanakan acara alasannya adanya suatu dorongan. Mengenai  dorongan  ini  ada dua teori yang timbul yaitu; “biogenic theories dan “sosiogenic theories”. Biogenic theories menyangkut proses biologis seperti instink dan kebutuhan-kebutuhan; sedangkan “sosiogenic theories” menekankan adanya dampak kebudayaan/kehidupan masyarakat. Kedua teori ini menawarkan bahwa seseorang  melaksanakan aktivitas alasannya keperluan biologis, instink, bagian-bagian kejiwaan lainnya yang dipengaruhi  pertumbuhan budaya manusia.

Hidup makmur yang merupakan pencerminan dari pemenuhan keperluan sesuai dengan teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya, yaitu cita-cita setiap orang. Usaha untuk mencapai kondisi tersebut  antara lain dengan cara menjaga kesehatan, menertibkan jumlah keluarga, dan menjaga lingkungan agar tetap harmonis dan sebanding. Setiap individu jika merasakan sesuatu manfaat bagi kesejahteraannya, akan bermetamorfosis sebuah kebutuhan, maka pelaksanaannya yakni kesadaran langsung masing-masing secara sukarela tanpa paksaan untuk memenuhi keperluan tersebut.

McNeil (1994:192) mengemukakan bahwa analisis motivasi oleh andal-andal psikologi  menggantungkan  pada konsep kebutuhan (need) dan dorongan (drive). Walter (1998:146) mengartikan motivasi selaku keperluan adalah sejalan dengan persepsi psikologi humanistik.  Asumsi dasar  dari psikologi humanistik yaitu bahwa sebagian besar tingkah laku manusia  bermaksud (purposeful).  Kata “bertujuan” dimaksudkan  bahwa sebagian besar tingkah laris manusia diarahkan pada pemenuhan keperluan atau pencapaian tujuan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kebutuhan ialah faktor pendorong adanya perbuatan.  Kebutuhan ialah motivasi seseorang untuk berbuat.  Maslow yang diketahui selaku bapak psikologi humanistik, dan bapak aktualisasi diri, mengemukakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah keperluan dasar  yang bersifat  sama untuk seluruh species, tidak berganti, dan berasal dari sumber genetis atau naluriah.  Kebutuhan-keperluan ini  juga bersifat psikologis,  bukan semata-semata fisiologis.

Para hebat psikologi berpendapat bahwa dalam diri seseorang ada sesuatu yang menentukan perilaku, yang melakukan pekerjaan dengan cara tertentu untuk mempengaruhi perilaku tersebut.  Di antara para andal ada yang menyebut penentu perilaku tersebut yakni  kebutuhan (need), ada juga yang menyebut dengan istilah “motif” (motive)  dan ada juga yang memakai  kedua ungkapan tersebut secara bergantian.  Istilah lain yang agak berlawanan dan sering pula digunakan ialah motivasi (motivation).  Motif dan motivasi ialah dua istilah  yang sulit untuk dipisahkan  dan dibedakan, alasannya itu  kedua istilah ini sering dipakai secara bergantian dengan makna yang sama.

Sehubungan dengan uraian-uraian di atas, Nawawi membedakan dua bentuk motivasi yang mencakup: Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.  Motivasi intrinsik ialah pendorong perilaku yang bersumber dari dalam diri seseorang sebagai individu, berupa kesadaran perihal pentingnya  faedah/makna pekerjaan yang dikerjakan, baik karena bisa memenuhi kebutuhan atau menggembirakan, ataukah memungkinkan seseorang mampu mencapai sebuah tujuan, maupun alasannya memberikan keinginan tertentu yang sifatnya konkret di era depan. Misalnya sikap yang melakukan pekerjaan secara berdedikasi semata-mata karena merasa mendapatkan kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya secara maksimal, sedangkan motivasi ekstrinsik yakni pendorong kerja yang bersumber dari luar diri selaku individu,  berupa sebuah kondisi yang mewajibkan  pekerja melakukan sikap secara maksimal karena adanya kebanggaan, eksekusi, hukum dan sebagainya.

Manusia itu berlawanan satu sama lainnya tidak hanya dengan kesanggupan melakukan sesuatu (Ability to do) tetapi juga berlainan dengan kemauan untuk melakukan sesuatu (will to do), kemauan atau dorongan untuk melaksanakan sesuatu disebut motivasi.

Hoy dan Miskell mirip dikutip oleh Wahyusumidjo (1995:77), menyampaikan bahwa: Motivasi sungguh mensugesti perilaku seseorang dalam melaksanakan sesuatu, menjaga aktivitas ke arah tercapainya tujuan yang sudah ditetapkan. dengan kata lain motivasi  sangat mensugesti seseorang dalam bertindak.  Dengan demikian motivasi yaitu dorongan yang muncul pada diri seseorang untuk bertingkah  dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Motivasi merupakan penggerak dalam diri manusia untuk berbuat serta memberikan arah kepada tindakan tersebut.  Produktivitas seseorang dalam suatu forum sebagian besar diputuskan oleh motivasi orang  untuk menghasilkan sesuatu. Motivasi ialah keadaan psikologis yang manifestasinya dapat diketahui lewat tingkah laris.  Seseorang akan melaksanakan sesuatu pekerjaan dengan gigih kalau ia memiliki motivasi yang sungguh besar lengan berkuasa.  Sebaliknya seseorang mungkin akan meninggalkan peran atau kurang berangasan melakukan pekerjaan jika ia tidak memiliki motivasi untuk melakukannya.  Untuk menyelesaikan suatu pekerjaan seseorang di samping memerlukan kecakapan eksklusif, juga memerlukan motivasi supaya pekerjaan tersebut dapat dituntaskan dengan sebaik mungkin.

Secara biasa mampu dikatakan bahwa motivasi  merupakan salah satu aspek yang lebih banyak didominasi bagi seseorang dalam melakukan sesuatu pekerjaan. Banyak pekerjaan yang dapat dituntaskan dengan baik oleh orang yang bermotivasi besar lengan berkuasa meskipun kecakapannya sedang-sedang saja.  Sebaliknya orang yang berkecakapan tinggi namun tidak memiliki motivasi yang mencukupi mungkin tak mampu menuntaskan pekerjaan tersebut dengan baik. Makin tinggi motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan semakin tinggi pula kemungkinannya untuk mampu menuntaskan pekerjaan tersebut.

Konsep lain yang berkaitan dengan motivasi ialah konsep “needs” atau kebutuhan, dan “incentive” atau rangsangan.  Menurut Hersey Blanchard ungkapan motif dan “need” mampu dipakai secara bergantian (inter-changeably).

Kebutuhan insan dapat pula dibagi atas dua macam adalah; kebutuhan yang disadari (conscious needs) dan kebutuhan yang tidak disadari (unconscious needs).  Keduanya tidak mampu dipisahkan secara mutlak. Kebutuhan yang satu dengan yang yang lain selalu berhubungan baik secara pribadi maupun secara tidak langsung. Peranan keperluan selaku pencetus tingkah laris dikemukakan oleh Caprio (11994:192) sebagai berikut “Needs may be considered  the sours of behavior, active forces  get behavior going”.

Motivasi seseorang cenderung menyusut kekuatannya  jika kebutuhan sudah dipenuhi atau jika kebutuhan itu tak mampu dipenuhi  (blocked).  Kalau keperluan perihal  sesuatu sudah terpenuhi, maka menyusut keinginannya untuk memenuhi keperluan tersebut dan beliau lebih condong untuk memenuhi keperluan lainnya yang lebih tinggi tingkatannya.

Menurut Lewin’s Field Theory (Holl and Linsey 1997:228) bahwa nilai suatu lingkungan akan mempengaruhi tindakan atau perbuatan yang dilaksanakan oleh seseorang. Teori ini membagi  nilai tersebut atas dua macam yaitu;  (a Region of positive value),  adalah seseorang berusaha untuk memperoleh sesuatu, bila yang diinginkan telah diperoleh maka hal itu akan meminimalkan keinginan yang terjadi pada dirinya, mirip harapan mendapatkan kuliner bagi orang yang sedang lapar,  (2) a region of negative value),  ialah; seseorang berupaya untuk menjauhi sesuatu, dan bila hal itu terjadi akan menjadikan keterangan pada dirinya, mirip menjauhi anjing bagi orang yang takut anjing.

Hasil penelitian yang dilakukan di Universitas Oregon menunjukkan bahwa imbalan yang bersifat intrinsik (intrinsic reward) lebih berpengaruh untuk memotivasi guru-guru daripada imbalan yang bersifat ekstrinsik (extrinsic reward). Hasil penelitian tersebut juga menawarkan bahwa imbalan yang bersifat intrinsik lebih sering dipakai terhadap guru-guru yang mengajar murid-murid memiliki prestasi yang lebih tinggi, sedangkan imbalan yang bersifat ekstrinsik lebih sering digunakan untuk guru-guru yang mengajar pada sekolah yang murid-muridnya memiliki prestasi rendah. (ERIC Digest:1992) .

Tokoh ternama yang sudah banyak menunjukkan dukungan terhadap perumusan motivasi adalah Maslow. Dia sudah sukses menyusun klasifikasi tingkat kebutuhan manusia. Tingkat keperluan insan itu menurut Maslow meliputi: (1) kebutuhan fisiologis (physiological needs), (2) keperluan akan rasa kondusif (safety or security needs), (3) kebutuhan sosial (social needs), (4) kebutuhan akan penghargaan/prestise (esteem needs), dan (5) kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs).

Menurut Maslow bila kebutuhan tingkat bawah secara relatif telah terpenuhi maka akan timbul keinginan untuk menyanggupi kebutuhan-keperluan yang lebih tinggi.  Sehubungan dengan teori yang dikemukakan tersebut, pimpinan yang bijaksana akan berupaya untuk mengamati kebutuhan bawahannya. Pemenuhan kebutuhan-keperluan tersebut disangka akan merangsang guru-guru melakukan pekerjaan lebih efektif dan lebih efisien.

Teori Maslow telah menunjukkan pinjaman yang sungguh berharga dalam memperhatikan keperluan-kebutuhan tingkat rendah para pekerja yang sebelumnya mungkin diabaikan pada suatu organisasi. Di lain pihak teori Maslow ini juga mengandung beberapa kekurangan atau kelemahan. Udai Parek (1984:111) menjelaskan bahwa tidak ada dalam organisasi manapun keperluan yang lebih tinggi muncul menanti dipenuhi kebutuhan yang lebih tinggi timbul menunggu dipenuhi kebutuhan tingkat yang lebih rendah.

Kritikan-kritikan yang dikemukakan kepada teori Maslow antara lain: (1) susah dibuktikan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia mengikuti suatu hirarki (2) terdapat relasi yang berlainan-beda pada tiap individu, (3) timbulnya keperluan pada tingkat yang lebih tinggi bukan semata-mata disebabkan terpenuhinya keperluan tingkat yang lebih rendah, dan (4) keperluan-kebutuhan ini elastis sifatnya dan susah dimengerti seberapa banyak mampu dikatakan suatu kebutuhan itu sudah cukup atau sudah membuat puas. Sungguhpun  terdapat  beberapa kelemahan  pada teori  Maslow, namun teori tersebut sungguh berguna dalam menerangkan prosedur motivasi dalam organisasi.

Pengertian motivasi sudah banyak dikemukakan, antara lain oleh Thompson (2001:7) bahwa motivasi yakni besarnya harapan seseorang untuk mencapai prestasi. Jika keinginan seseorang untuk mendapatkan prestasi yang tinggi, maka motivasinya juga akan tinggi, demikian pula sebaliknya. Fuoss dan Troppmann mengemukakan definisi motivasi selaku suatu respon secara langsung kepada penurunan suatu kebutuhan. Selanjutnya Singer (1995:407) mendefinisikan motivasi selaku dorongan untuk mencapai tujuan. Berdasarkan pengertian di atas, maka segala langkah-langkah serta tingkah laris manusia didorong oleh sesuatu kekuatan yang disebut dengan motivasi atau dengan kata lain bahwa motivasi insan merupakan latar belakang yang melandasi kelakuan insan untuk mencapai tujuan. Olehnya itu, wawasan perihal motivasi manusia memberikan jawaban terhadap pertanyaan kepada mengapa seseorang melakukan suatu langkah-langkah maupun tidak bertindak terhadap aneka macam suasana.

Motivasi mampu dikelompokkan menurut sumbernya.  Menurut Fouss dan Troppmann (190) mengemukakan bahwa sumber motivasi berasal dari luar (ekstrinsik) dan dari dalam (intrinsik). Motivasi ekstrinsik ialah dorongan dari luar diri individu sehingga seseorang ikut ikut serta.  Kuat lemahnya motivasi ekstrinsik tergantung pada besarnya nilai penguat dari waktu ke waktu, sedangkan motivasi intrinsik ialah dari dalam yang menimbulkan seseorang ikut ikut serta.  Seseorang yang memilih motivasi intrinsik akan lebih tekun, bersusah payah, terencana dan disiplin dalam melaksanakan tugas serta tidak menggantungkan dirinya pada orang lain.  Motivasi intrinsik bersifat khusus dan diartikan sebagai motif.

Motif merupakan aspek internal yang membangun, mengarahkan dan mengintegrasikan tingkah laris seseorang.  Pada diri tiap-tiap insan ada motif tertentu yang mendorong untuk melakukan suatu tindakan atau tindakan. Motif didorong suatu kebutuhan dan cita-cita memenuhinya. Perbedaan pemahaman antara motif dan motivasi dikemukakan oleh Martens (1992:18) mengemukakan bahwa motif yaitu sumber pendorong dan penggerak tindakan manusia, sedangkan motivasi yaitu proses aktualisasi dari sumber penggagas dan pendorong (motif) tersebut.

Mengamati tugas dan tugas serta pengertian motivasi di atas, maka tidak aneh jika seseorang pegawai juga didasari oleh beberapa motivasi tertentu.  Menurut Pate, McClenaghan dan Rotella (1993:23), sebagian orang aktif mencari karier dalam pegawai karena kekuasaan yang dimiliki, sebagian lagi karena status, kesenangan menolong keperluan pegawai  menolong memperbaiki pegawai secara terus-menerus, prestise, ingin diketahui .

Di samping itu,Harsono (1998:2) mengemukakan bahwa motivasi seseorang menentukan karier sebagai pegawai alasannya adalah ingin mengamalkan wawasan dan keterampilannya, senang menolong pegawai, memperoleh kepuasan, serta mendapatkan status dan legalisasi di masyarakat.  Apapun motivasinya seorang pegawai tidak boleh memandang tugasnya selaku peran yang ringan tetapi sungguh-sungguh menjadi pegawai yang baik. Jauh lebih luas dan lebih kompleks dari pada sekedar pegawai di kantor saja.

Selanjutnya, Rushall dalam Pyke (2001:152-155) mengemukakan ciri-ciri biasa yang mampu dijadikan sumber motivasi pegawai antara lain: Prestasi yang telah diraih, penghargaan yang dicapai, tanggungjawab yang dibebankan,  promosi yang dibutuhkan, kemajuan yang diraih serta pekerjaan yang mampu dilakukan sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka motivasi kerja guru yakni keseluruhan daya pelopor atau tenaga pendorong yang menjadikan adanya keinginan untuk melaksanakan aktivitas atau kegiatan dalam melakukan tugas sebagai guru yang dikerjakan secara sistematis, berulang-ulang, kontinyu dan progresif untuk mencapai tujuan. Konstruk variabel ini yang dikembangkan memiliki indikator adalah dimensi instriksik dan ekstrinsik.  Indikator dari dimensi instrinsik adalah kesadaran, keperluan dan cita-cita.  Indikator dari dimensi ekstrinsik ialah pujian, eksekusi dan hukum.

Literatur:

Abraham H. Maslow, 1990, Motivation and Personality, New York: Parper and Row Publisher.

Calvin S. Holl and Garden Linsey, 1997, Theory of Personality, New York: Jhon Willey & Sons Inc.

ERIC Digest, Clearing House of Educational Management: Teacher Motivation, Research Action, Brief Number 13, Eugene, Oregon, University of Oregon, 1990, Number 60, October 1992.

Donald E. Fouss dan Robert J. Troppmann, 1991, Effective Coaching: A Psychological Approach, New York: John Wiley & Sons

Elton B. McNeil,  1994, The Psychology of Being Human, San Francisco: Canfield Press.

Edward E. Lawler, 2004, Motivation in Work Organizations, San Francisco: Josse-Bass

Frank S. Pyke, 2001, Better Coaching Advanced Coach’s Manual, Australia:  Australian Sports Commission

Frank G. Goble, 1997, Psikologi Humanistik, Terjemahan  A. Supratiknyo, Yogyakarta: Kanisius

Harsono, 1998, Coaching dan Aspek-faktor Psikologis dalam Coaching, Jakarta: Tambak Kusuma

Nicholas S.  Di Caprio, 1994, Personality Theories Guide to Living, Philadhelphia:  W. B. Saunders Company

Paul Hersey & Kenneth H. Blanchard, 1998, Management of Organizational Behavior, New Delhi: Prentice-Hall of India, Private Limited.

Peter JL. Thompson, 2001, Introduction to Coaching Theory,  England: International Amateur Athletic Federation

Robert M. W. Travers, 1996, Essentials of Learning The New Cognitive Learning for Students of Education, New York: Macmillan, Co., Inc.

Robert  N. Singer, 1995, Motor Learning Human Performance, New York: Macmillan Publishing Co. In.

Rainer Martens, 1992, Coaches Guide to Sport Psychology, New York: Human Kinetics  Publisher. Inc

Russel R. Pate, Bruce McClenaghan dan Robert Rotella, 1993, Dasar-dasar  Ilmiah Kepelatihan, terjemahan Kasiyo Dwi Jowinoto, Semarang: IKIP  Semarang Press

Sardiman A.M., 1996, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali

S. S. Chauhan, 1998, Advanced Educational Psychology, New Delhi: Vikkas Publishing House, Ltd

Walter  B. Kolesni, 1998,  Motivation: Understanding and Influencing Human  Behavior, Boston: Allyn and Bacon Inc.,

Wahjosumidjo, 1995, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia

Udai Parek, 1984, Perilaku Organisasi, terjemahan Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Management, Jakarta: Migas Surya dan Grafindo




= Baca Juga =




Sumber https://forumgurunusantara.blogspot.com


EmoticonEmoticon