BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Qur’an berdasarkan bahasa ialah “bacaan”. Adapun definisi al-quran ialah kalam Allah SWT. yang merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW. dan membacanya yaitu ibadah. Dengan definisi ini, maka kalam Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi selain Nabi Muhammad Saw tidak dinamakan Al-quran.
Al-Qur’an ialah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw, selaku salah satu rahmat yang tidak ada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu illahi yang menjadi petunjuk, anutan, dan pelajaran bagi siapa yang mempercayainya serta mengamalkannya. Bukan itu saja, tetapi juga Al-quran itu adalah kitab suci paling terakhir yang diturunkan Allah, yang isinya mencakup segala pokok-pokok syariat yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu, setiap orang yang mempercayai Al-quran, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya serta pula untuk mengamalkan dan mengajarkannya.
Setiap mukmin yakin, bahwa membaca Al-quran tergolong amal yang sungguh mulia dan akan menerima pahala. Al-quran yakni sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, baik di kurun senang maupun saat sulit ketika bangga ataupun ketika murung, bahkan membaca al quran menjadi obat dan penawar bagi orang yang gusar jiwanya.
Setiap mukmin yang mempercayai Al-quran, memiliki keharusan dan tanggung jawab kepada kitab sucinya itu. Diantara tanggung jawab itu ialah mempelajarinya dan mengajarkannya. Belajar dan mengajarkan Al-quran yaitu kewajiban suci dan mulia. Rasulullah SAW. bersabda “Yang sebaik-baik kau ialah orang yang mempelajari Al-quran dan mengajarkannya”.
Kini kita hidup di dunia yang tanpa batas (borderless), periode globalisasi. Berbagai informasi baik itu diperlukan atau tidak, jelek atau baik menghampiri rumah-rumah kita setiap saat tanpa dapat dibendung. Banjir informasi yang sebagian besar tidak diperlukan ini bagi sebagian kecil orang merupakan anugerah, namun bagi sebagian besar lainya lebih sering berakibat jelek walaupun kadang kurang disadarinya.
Era informasi yang oleh Alvin Tofler disebut dengan perumpamaan gelombang ketiga “third wave” ini melanda seluruh dunia. “Barang siapa yang menguasai isu maka dia akan menguasai dunia” bukanlah isapan jempol.
Sayangnya, yang menguasai pusat-sentra info ialah mereka yang bermodal besar tetapi minim tanggung jawab adab, sehingga program-program yang dihidangkan sebagian besar program yang tidak mendidik bahkan cenderung merusak budpekerti. Bagi mereka tidak persoalan apapun program yang disajikan selama itu diminati penduduk dan mendatangkan laba yang banyak. Akibat berikutnya yaitu terjadinya dekadensi budpekerti melanda sebagian besar penduduk . Pergaulan bebas, pola hidup yang serba bebas, obat-obatan terlarang, minum-minuman keras, dan imbas-efek negatif lainnya.
Untuk mengantisipasi efek negatif media isu yang merusak perlu adanya gerakan kembali kepada Al-quran dalam rangka menggali nilai-nilai Al-quran selaku perisai guna membentengi diri dalam menghadapi budaya-budaya yang menghancurkan susila.
Belajar Al-quran hendaknya dilakukan dari semenjak dini sekitar 5 atau 6 tahun, sehingga saat beranjak dewasa anak dibutuhkan familiar dengan bacaan-bacaan Al-quran bahkan sudah mampu menghafal surat-surat pendek.
Belajar Al-quran mampu dibagi terhadap beberapa tingkatan, adalah belajar membacanya hingga tanpa gangguan dan baik, menuruti qaedah-qaedah yang berlaku dan qiraat dan tajwid, belajar arti dan maksudnya hingga mengetahui akan maksud-maksud yang terkandung di dalamnya dan mencar ilmu menghafalnya di luar kepala.
Tidak dapat disangkal masih terlalu banyak belum dewasa yang belum bisa membaca dan menulis Al-quran dengan berbagai argumentasi padahal Al- quran merupakan referensi utama bagi umat Islam. Bagaimana bisa menggali nilai-nilai Al-quran dalam rangka membentengi diri dalam menghadapi budaya-budaya yang menghancurkan akhlak kalau anak tidak mampu membaca dan menulis Al-quran.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis kesengsem untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul : “Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-quran siswa dengan menggunakan sistem demonstrasi di Kelas V Sekolah Dasar”.
1.2 Identifikasi Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka pokok-pokok masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yakni selaku berikut :
1. Kemampuan siswa kelas V Sekolah Dasar dalam membaca Al-Qur’an kurang lancar
2. Kemampuan siswa kelas V SD dalam menulis Al-Qur’an masih kurang.
3. Penggunaan metode pembelajaran masih terlalu sukar, sehingga prestasi yang diraih masih rendah.
1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam observasi ini tidak terlalu meluas, maka penulis akan membatasinya pada : Penggunaan metode demonstasi dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Alquran siswa kelas V SD.
1.3.2 Rumusan Masalah
Masalah yakni pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan untuk dicari jawabannya melalui observasi, Sudjana N. (1997:21). Menurut usulan di atas dilema ialah problem-duduk perkara yang sengaja diajukan jawabannya diperoleh melalui observasi. Berdasarkan rumusan persoalan di atas, maka masalah penelitian ini yaitu :
a. Apakah tata cara demonstrasi mampu mengembangkan aktifitas siswa membaca dan menulis Al quran di kelas V Sekolah Dasar?
b. Apakah sistem demonstrasi dapat mengembangkan kemampuan membaca dan menulis Al quran siswa di Sekolah Dasar?
c. Apakah tata cara demonstrasi mampu meningkatkan prestasi membaca dan menulis Al quran siswa di SD?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian langkah-langkah kelas ini yakni selaku berikut :
1. Untuk Meningkatkan aktifitas berguru siswa dalam pembelajaran PAI faktor Al quran lewat tata cara demonstrasi di Sekolah Dasar.
2. Untuk mengetahui efektifitas metode demonstrasi dalam mengembangkan kemampuan membaca dan menulis siswa dalam pembelajaran PAI aspek Al quran
3. Meningkatkan prestasi berguru siswa dalam pembelajaran PAI aspek Al quran melalui sistem demonstrasi di Sekolah Dasar.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini dibutuhkan menawarkan faedah terhadap perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran, di antaranya :
1. Bagi siswa, mampu lebih mengembangkan pemahaman dan penghayatan siswa, berani mengajukan pertanyaan, mengemukakan usulan dan mampu mengembangkan hasil belajar PAI faktor AlQur’an
2. Bagi guru, sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar PAI dengan tata cara demonstrasi.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis kesengsem untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul : Meningkatkan kesanggupan membaca dan menulis Al-Qur’an siswa melalui metode demonstrasi di kelas 5 pada semester 2 di Sekolah Dasar.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Membaca
Membaca ialah sebuah proses yang dijalankan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang mau disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang ialah sebuah kesatuan akan tampakdalam suatu persepsi sekilas, dan semoga makna kata-kata secara perorangan akan mampu dimengerti. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertanggkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terealisasi dengan baik (Hodson, 1960:43-44).
Dari sisi linguistik, membaca yaitu sebuah proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan mengatakan dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) ialah menghubungkan kata-kata tulis (written word) yang meliputi pengubahan goresan pena/cetakan (oral language meaning) yang meliputi pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang mempunyai arti. (Andrson, 972 : 202-210).
2.2 Tujuan Membaca
Tujuan utama membaca adakah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, mengerti makna bacaan. Makna, arti (meaning) akrab sekali bekerjasama dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.
2.3 Pengertian Menulis
Menulis mampu didefinisikan sebagai suatu aktivitas penyampaian pesan (komunikasi) dengan memakai bahasa tulis selaku alat atau medianya. Pesan ialah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu goresan pena. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang mampu dilihat dan disepakati pemakaiannya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat komponen yang terlibat : Penulis selaku penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, salursan atau media berupa goresan pena, dan pembaca selaku peserta pesan.
2.4 Manfaat Menulis
Adapun manfaat dari kegiatan menulis ini di antaranya ialah selaku berikut :
memajukan kecerdasan;
menyebarkan daya inisiatif dan kreativitas;
menumbuhkan keberanian; dan
mendorong kemauan dan kesanggupan menghimpun gosip.
2.5 Hakikat Belajar dan Mengajar
Berbicara ihwal pendidikan senantiasa berkenaan dengan upaya pelatihan insan, maka keberhasilan pendidikanpun tergantung pada unsur manusianya. Adapun komponen insan yang paling menentukan berhasilnya pendidikan adalah pelaksana pendidikan, ialah guru. Karena gurulah yang secara eksklusif mempengaruhi, membina, menyebarkan kesanggupan siswa biar menjadi manusia yang bertaqwa, pintar dan terampil.
Agar proses mencar ilmu mengajar berjalan dengan tanpa gangguan maka guru harus menguasai materi yang akan diajarkan dan terampil pula dalam hal menyajikannya. Guru diperlukan dapat menentukan dan memakai metode-tata cara pembelajaran yang tepat dengan pokok-pokok bahasan atau sub pokok bahasan.
Adapun belajar yaitu “Proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan selaku hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk perubahan mirip perubahan pengetahuan, pengertian, sikap dan tingkah laris, kemampuan, kecakapan, kebiasaan serta pergantian faktor-faktor lain yang ada pada individu yang mencar ilmu” (Sudjana, 1989:5).
Selanjutnya, “Mengajar yaitu bimbingan acara siswa belajar. Mengajar yakni mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa, sehingga mampu mendorong dan menumbuhkan siswa melaksanakan aktivitas belajar mengajar.” (Sudjana, 1987:7)
2.6 Metode Demonstrasi
Metode ialah cara guru memberikan materi pelajaran kepada siswa untuk meraih tujuan. Depdiknas (2003) berdasarkan Syaepul Sagala (2005:210) tata cara demonstrasi ialah pertunjukan tentang proses terjadinya sebuah peristiwa atau benda pada tampilan tingkah laris yang dicontohkan supaya dapat dikenali dan dimengerti oleh akseptor didik secara positif.
Yang dimaksud dengan sistem demonstrasi dalam berguru dan mengajar yaitu sistem yang dipakai oleh seorang guru atau orang luar yang sengaja didatangkan atau murid sekalipun untuk mempertunjukkan gerakan-gerakan suatu proses dengan peraturan yang benar. Menurut Sudirman (1991:113), demonstrai ialah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan terhadap siswa suatu proses situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik bahwasanya ataupun tiruan yang sering dibarengi dengan penjelasan lisan, sistem ini baik digunakan untuk menerima gambaran yang lebih terang ihwal hal-hal yang berafiliasi dengan proses mengontrol sesuatu, menciptakan sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, membandingkan sebuah cara dengan cara lain, untuk mengetahui atau menyaksikan kebenaran sesuatu.
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan dalam menggunakan metode demontrasi :
a. Kelebihan
1. Metode ini dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, dengan demikian mampu menghindarkan verbalisme.
2. Siswa dibutuhkan lebih mudah dalam mengerti apa yang dipelajari
3. Proses pelajaran akan lebih mempesona
4. Siswa dirancang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan realita dan menjajal melakukannya sendiri
5. Melalui tata cara ini dapat suguhkan bahan pelajaran yang tidak mungkin atau kurang sesuai dengan memakai metode lain
b. Kelemahannya
Kelemahan sistem ini antara lain :
1. Metode ini membutuhkan kemampuan guru secara khusus, alasannya adalah tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi tidak akan efektif
2. Fasilitas seperti peralatan, kawasan dan ongkos yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik
3. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping sering memerlukan waktu yang cukup panjang yang mungkin terpaksa mengambil waktu jam pelajaran lain.
2.7 Cara Pelaksanaan
Untuk menggunakan sistem demonstrasi dengan baik, beberapa langkah perlu ditempuh antara lain :
Penentuan tujuan demonstrasi yang hendak dijalankan. Dalam hal ini fikirkan apakah tujuan yang hendak diraih dengan berguru melalui demonstrasi itu tepat dengan menggunakan sistem demonstrasi.
Materi yang hendak didemonstrasikan terutama hal-hal yang penting ingin ditonjolkan
Siapkan fasilitas penunjang demonstrasi mirip perlengkapan, daerah, dan mungkin juga ongkos yang diharapkan
Penataan peralatan dan kelas pada posisi yang bagus
Pertimbangkan jumlah siswa yang dihubungkan dengan hal yang mau didemonstrasikan supaya siswa dapat melihatnya dengan terang
Buatlah garis besar langkah atau pokok-pokok yang hendak didemonstrasikan secara berurutan dan tertulis pda papan tulis atau padakertas lembar semoga mampu dibaca siswa dan gurunya secara keseluruhan
Untuk menghindari kegagalan dalam pelaksanaan, sebaiknya demonstrasi yang dijadwalkan dicoba terlebih dulu. Tak jarang demonstrasi gagal hanya alasannya hal kecil seperti kabel listrik yang kurang panjang, penerangan (lampu) yang kurang jelas, atau penempatan perlengkapan yang kurang strategis.
2.8 Pelaksanaan Demonstrasi
Setelah segala sesuatu direncanakan dan disiapkan, langkah selanjutnya adalah mulai melaksanakan demonstrasi. Beberapa hal yang perlu diamati antara lain :
1. Sebelum memulai, periksalah sekali lagi kesiapan peralatan yang hendak didemonstrasikan, pengaturan kawasan, keterangan tentang garis besar langkah dan pokok-pokok yang akan didemonstrasikan.
2. Siapkan siswa, barangkali ada hal yang perlu mereka catat
3. Mulailah demonstrasi dengan menawan perhatian siswa
4. Ingatlah Pokok-pokok materi yang didemonstrasikan agar demonstrasi mencapai target
5. Pada waktu berjalannya demonstrasi, sekali-kali perhatikan kondisi, apakah semua mengikuti dengan baik
6. Untuk menghindarkan ketegangan, ciptakan situasi yang serasi
7. Berikanlah peluang terhadap siswa untuk secara aktif menimbang-nimbang lebih lanjut wacana apa yang dilihat dan didengarnya dalam bentuk pertanyaan, membandingkannya dengan yang lain serta menjajal melakukannya sendiri dengan tutorial guru.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian
Penelitian langkah-langkah kelas ini dikerjakan selama 3 bulan, ialah dari Januari s/d Maret 2009. Siklus I dijalankan tanggal 04 Februari 2009, sedangkan siklus II dijalankan tanggal 11 Februari 2009.
Tempat penelitian ini dikerjakan di Sekolah Dasar Subjek observasi ialah siswa kelas V yang berjumlah 38 orang. Penelitian ini dikerjakan dengan dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua konferensi.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni tata cara deskriptif alasannya adalah dalam pelaksanaannya tidak terbatas pada pengumpulan data, melainkan dilanjutkan dengan pengolahan data ialah dengan cara menghimpun data, menyusun, mengolah dan menginterpretasikan data.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan observasi tindakan kelas, adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam tindakan kelas ini menggunakan versi yang digunakan oleh Kurt Lewin. Tahapan-tahapan observasi langkah-langkah kelas ini dibagi menjadi 4 tahapan pada setiap siklus ialah :
1. Perencanaan (rencana)
2. Aksi atau langkah-langkah (acting)
3. Obervasi (Observing)
4. Refleksi (reflecting). Dikdasmen (h. 16.2003).
Prosedur pelaksanaan penelitian langkah-langkah kelas meliputi 2 siklus yang berisikan : a. perencanaan, b. langkah-langkah, c. observasi, dan refleksi.
1. Perencanaan meliputi acara selaku berikut :
a. Mendiskusikan dan menetapkan desain pembelajaran yang mau dipraktekkan sebagai tindakan dalam siklus
b. Menyusun rencana pembelajaran dengan memakai tata cara demonstrasi sesuai materi yang sudah ditetapkan
c. Mengembangkan skenario pembelajaran
d. Mengembangkan format observai dan format penilaian
2. Pelaksanaan
Kegiatan yang dikerjakan pada tahap ini yaitu melakukan sekenario pembelajaran yang sudah dijadwalkan, melaksanakan evaluasi dalam bentuk tes
3. Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang disiapkan
4. Refleksi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang sudah dikerjakan pada skenario pembelajaran
b. Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi perihal skenario, tes kemampuan pemahaman dan lain-lain
c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil penilaian untuk dipakai pada konferensi selanjutnya.
Tahap pelaksanaan ini terus dikerjakan secara berulang dan berkelanjutan sesuai siklus.
o Indikator keberhasilan
Yang menjadi indikator keberhsilan penelitian ini yaitu :
a. Instrumen-instrumen yang sudah disiapkan pada tiap-tiap siklus dapat dilakukan dengan baik
b. Aktivitas siswa dalam mencar ilmu meningkat
c. Lebih dari 70% siswa yang mendapat nilai 65 ke atas
3.4 Teknik Pengumpulan Data
1) Data
Sumber data pada penelitian ini seluruh siswa, sedangkan data yang dikumpulkan yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data yang dikumpulkan meliputi :
a. Data tes kesanggupan pada siklus 1 dan 2
b. Data pengamatan pada waktu proses pembelajaran
c. Jurnal harian (catatan harian)
d. Foto, diambil pada waktu proses pembelajaran
2) Teknik pengumpulan data
Data yang dikumpulkan diperoleh lewat observasi, tes kemampuan pemahaman dan catatan harian
3) Obervasi
Observasi dikerjakan untuk memperolah informasi aktivitas aktivitas siswa selama proses pembelajaran berjalan. Di dalam pengamatan pengamatan, kita akan menemukan masukan ihwal akitifitas siswa, cara belajar, koordinasi antar siswa dan sebagainya.
4) Jurnal harian
Jurnal harian semacam catatan harian yang dikumpulkan selama proses pembelajaran baik itu aktifitas maupun aktivitas guru di dalam pelaksanaan proses berguru mengajar
5) Data tes kesanggupan pemahaman
Data ini diambil dari konferensi pertama maupun pertemua kedua, ini dilaksanakan untuk mengenali pertumbuhan hasil selama kegiatan dijalankan dan memakai data kuantitatif.
6) Foto
Foto dipakai untuk melengkapi informasi data semoga kejadian yang tejadi dalam aktivitas penelitian mampu direkam dan dijadikan sebagai alat bukti dalam pengumpulan data.
3.5 Analisis Data
a. Data pengamatan
Data tes observasi ini diambil dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan berlangsung dengan menggunakan ceklis lalu dipersentasikan
b. Data tes kesanggupan
Data tes ini untuk mendapatkan nilai setiap siswa dari hasil tes dengan skala nilai 100 untuk menentukan banyaknya siswa yang menerima nilai 65 ke atas.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari uraian tersebut di atas penulis dapat menarik kesimpulan selaku berikut :
1. Pembelajaran membaca dan menulis Al-Qur’an dengan menggunakan tata cara demonstrasi mampu membuat pengajaran lebih atraktif dan kelas terlihat lebih hidup, sehingga siswa lebih dapat mengerti apa yang dipelajari.
2. Pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi mampu memajukan pemahaman dan mengembangkan acara siswa, hal ini mampu dibuktikan dari hasil perbedaan nilai rata-rata pretes dan postes.
Saran
Untuk kesuksesan dalam pembelajaran ini penulis mengemukakan beberapa usulan selaku berikut :
1. Guru hendaknya mengkondisikan kelas sebelum memulai pembelajaran
2. Selama proses pembelajaran guru hendaknya mampu membangkitkan motivasi dan acara siswa dengan memilih sistem dan teknik yang tepat.
3. Dalam proses mencar ilmu mengajar guru hendaknya mampu menciptakan keadaan kelas yang mengasyikkan sehingga interaksi antara guru dan murid berlangsung harmonis, merangsang siswa untuk bertanya dan menyatakan pendapatnya.
4. Pada saat menawarkan bahan pengajaran guru hendaknya tidak terpaku pada buku paket saja, tetapi hendaknya menggali materi pengajaran dari pengalaman siswa atau buku lain yang berhubungan dengan bahan yang akan diajarkan.
KEPUSTAKAAN
Henry Guntur Tarigan. (1979). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Suparno dan Muhamad Yunus. (2006). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta : Universitas Terbuka
Sujana N. (1995) Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : Sinar Baru
Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Widyaiswara. Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen.
Suhardjono (2006). Laporan Penelitian selaku KTI, makalah pada pelatihan peningkatan mutu guru dalam pengembangan profesi di Pusdiklat Diknas Sawangan, Jakarta, Februari 2006.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Tim Bina Karya Guru (2004) Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Dasar kelas V. Penerbit : Erlangga.
Sumber https://forumgurunusantara.blogspot.com
EmoticonEmoticon