BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan sebuah proses interaksi baik secara langsung maupun tidak eksklusif. Secara langsung dengan lewat tatap muka dan secara tidak langsung ialah dengan memakai aneka macam media. Pembelajaran pada dasarnya merupakan proses alasannya adalah akibat. Guru yang mengajar, merupakan penyebab utama bagi terjadinya proses berguru siswa meskipun tidak setiap perbuatan belajar siswa ialah balasan guru mengajar. Oleh karena itu, guru selaku Figure sentral, harus bisa memutuskan strategi / metoda pembelajaran yang tepat sehingga dapat mendorong terjadinya perbuatan berguru siswa yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Perkembangan zaman menuntut mutu sumber daya manusia ke arah yang lebih maju sesuai dan seiring dengan pertumbuhan teknologi. Untuk menguasai teknologi salah satunya mata pelajaran Matematika ialah dasar yang harus banyak dikuasi oleh setiap siswa semenjak dini.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas di Sekolah Dasar perihal pembelajaran Matematika nampak masalah yang mesti segera di persiapan antara lain :
a) Rendahnya nilai mata pelajaran Matematika setiap mengadakan ulangan harian khususnya pada desain pengolahan data hasil pencapaiannya tidak lebih dari 40 % siswa yang mendapatkan nilai di atas 65, dengan demikian maka hal ini menawarkan 60 % siswa masih mengalami masalah, sebab nilai tersebut masih di bawah persyaratan rata-rata yaitu di bawah 65.
b) Lemahnya motivasi mencar ilmu siswa alasannya adalah disebabkan oleh aneka macam faktor, baik aspek internal maupun faktor eksternal. Kekurangan motivasi belajar yang disebabkan aspek internal ialah dengan tidak adanya rangsangan serta gairah dalam belajar. Karena siswa kurang mengetahui dari tujuan keperluan dalam kehidupannya sehingga dapat mengakibatkan lemahnya untuk berguru. Sedangkan aspek eksternal sebab kurangnya perhatian dari aneka macam pihak, baik pihak keluarga, masyarakat atau pemerintah.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 pada pasal 35 menyatakan ;
“Pelaksanaan pendidikan tidak mungkin terselenggara dengan baik bilamana para tenaga kependidikan maupun para peserta latih dalam acara mencar ilmu mengajar tidak di dukung sumber daya berguru yang di perlukan ”.
Tugas seorang guru bukanlah hanya sekedar memberikan pelajaran semata, akan tetapi juga seorang guru yang profesional di tuntut untuk mempunyai kemampuan agar mampu menciptakan situasi membelajarkan siswa yang kondusif dan menata ruang belajar yang presentatif.
Mengajar dengan berhasil tidak cuma dikerjakan satu cara atau acuan tertentu yang di ikuti secara rintis, jika seorang guru mengajar matematika hanya menggunakan satu cara yang serupa dari hari ke hari ( melatih hitung-hitungan ) siswa akan maju dengan segera, akan tetapi akibatnya akan mengecewakan, namun kalau seorang guru membelajarkan siswa dengan menggunakan banyak sekali cara, atau menghubungkan lewat pengalaman terhadap diri siswa serta menghubungkan dengan kehidupannya sehari-hari maka kesannya akan lain, akibatnya akan autentic serta tahan usang.
Tuntutan kepada kreativitas dan penemuan, guru dalam membuat suasana berguru mengajar yang aman tidak lepas dari upaya menciptakan / mengaplikasikan tujuan Pendidikan Nasional.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 pasal 4 Bab II “ Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan membuatkan insan Indonesia seutuhnya, yakni insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap serta mandiri, dan merasa tanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan ”.
Dengan pernyataan di atas, peneliti berupaya untuk meningkatkan pembelajaran Matematika dengan menggunakan metoda demontrasi yang menekankan pada siswa untuk mampu mengetahui konsep dasar Matematika yang sesuai dengan kebutuhan permintaan.
Dari masalah yang ada di SD, peneliti dengan adanya peluang, kesediaan waktu, serta biaya, maka akan mencoba untuk memecahkan permasalahan tersebut di atas dengan melakukan penelitian yang mengacu pada Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ).
B. RUMUSAN MASALAH
a. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang persoalan pada bagian pendahuluan di atas, maka rumusan dilema ini yaitu selaku berikut :
1) Apakah dengan melalui metoda demontrasi mampu meningkatkan acara pembelajaran siswa di kelas VI Sekolah Dasar?
2) Apakah dengan lewat metoda demontrasi dapat meningkatakan hasil pembelajaran siswa di kelas VI Sekolah Dasar?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa, dalam desain pembelajaran Matematika melalui metode demontrasi di kelas VI Sekolah Dasar.
2. Untuk memajukan kemampuan siswa dalam pembelajaran Matematika pada konsep menjumlah data melalui metoda demontrasi di kelas VI Sekolah Dasar.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini akan memberikan faedah untuk perbaikan dan peningkatan proses hasil mencar ilmu terutama bagi perorangan atau institusi di bawah ini :
1. Bagi Siswa : Belajar Matematika dengan memakai Metode Demontrasi siswa akan tergugah semangat belajarnya sehingga menumbuhkan keberanian untuk mencoba sendiri, mendapatkan sendiri, menyimpulkan sendiri, melaksanakan sebuah langkah-langkah, mengajukan pertanyaan, menjawab, menyebarkan ilham-wangsit baru, kolaborasi yang baik antara siswa, sehingga kegiatan dan antusias belajar siswa lebih hidup dan meningkat.
2. Bagi Guru : Dapat mengembangkan dan berbagi wawasan, sikap ilmiah, kompetensi profesional guru dalam upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran matematika.
3. Bagi Kepala Sekolah : Menambah pengetahuan pengetahuan dalam pembelajaran Matematika melalui Metode Demontrasi dan selaku materi untuk dijadikan contoh dalam menciptakan kebijakan sekolah pada bidang mata pelajaran lainnya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pembelajaran
Menurut Arief Sadiman ( 1986 ) kata pembelajaran dan pengajaran dapat dibedakan adalah :
“ Kata pengajaran hanya ada dalam konteks guru-murid di dalam kelas formal, sedangkan kata pembelajaran tidak cuma ada dalam konteks guru-murid di kelas formal akan namun juga mencakup aktivitas belajar mengajar yang tidak dihindari guru secara fisik ”.
Sedangkan definisi pembelajaran berdasarkan Arief Sudiman ( 1986 ) adalah :
“ Kegiatan belajar mengajar siswa lewat usaha-perjuangan yang bersiklus dalam memanipulasi sumber-sumber berguru semoga terjadi proses belajar ”.
Tujuan pembelajaran ialah rumusan sikap yang sudah ditetapkan sebelumnya untuk menjadi milik dan mesti nampak pada diri siswa selaku akibat dari tindakan belajar yang sudah dilakukan. Tujuan pembelajaran dapat dipilah menjadi tujuan yang besifat kognitif ( wawasan ), afektif ( sikap ) dan ataupun psikomotor (keahlian), ini ialah derajat pencapaian tujuan dan hasil pebbuatan belajar siswa.
Minat Belajar
Secara teoristis minat berguru mampu ditumbuhkan dengan cara menunjukkan motivasi atau dorongan pada siswa, supaya mampu melaksanakan sesuatu tindakan, melakukan langkah-langkah untuk meraih tujuan yang diharapkan.
Membangkitkan motivasi menjadi penting dalam proses pembelajaran, Karena hal tersebut merupakan peran guru. Menurut Moh.Ujer Usman paling tidak ada dua jenis motivasi yang perlu dibangun, yaitu ;
1. Motivasi dari dalam diri sendiri (individu siswa yang disebut motivasi Intrinsik.)
2. Motivasi Ekstrinsik, yakni motivasi akibat efek dari luar, baik berbentukpernyataan tujuan atau menyaksikan manfaat pembelajaran, misalnya; Suruhan, undangan, bujukan atau paksaan yang dilakukan oleh orang lain yang mampu mempengaruhi perubahan tingkah laku siswa.
Dalam menumbuhkan minat guru mesti dapat memberikan motivasi, motivasi yang dimaksud yaitu motivasi ekstrinsik antara lain :
1. Memberi penguatan terhadap jawaban siswa
2. Memberikan pernyataan tujuan pembelajaran baik tujuan secara biasa atau secara khusus.
3. Memberikan tolok ukur wacana manfaat mempelajari materi yang dihidangkan.
4. Menciptakan kompetisi diantara siswa untuk mengembangkan prestasi belajarnya.
5. Mengadakan penilaian ( evaluasi ) dengan mengadakan Tes.
6. Memberikan pertanyaan-pertanyaan khusus ( Kuisioner ) berkaitan dengan materi pelajaran yang dihidangkan. (Moh. Ujer Usman,1992: 25).
C. METODE DEMONTRASI
Metoda Demontrasi, adalah cara penyuguhan materi pelajaran dengan mempertunjukkan terhadap siswa sebuah proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik bahu-membahu maupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
Guru selaku salah satu sumber belajar berkewajiban menawarkan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar mengajar di kelas. Salah satu aktivitas yang harus dikerjakan yakni melaksanakan pemilihan dan penentuan metoda yang sempurna dipilih untuk meraih tujuan pengajaran.
Faktor-aspek yang mempengaruhi penyeleksian metoda ialah :
a. Tujuan
Tujuan ialah aspek yang paling pokok, sebab tujuan menggambarkan tingkah laris yang mesti dimiliki siswa sesudah proses belajar mengajar simpulan dikerjakan.
b. Peserta bimbing
Peserta bimbing sebagai pihak yang berkepentingan di dalam proses mencar ilmu mengajar, karena tujuan yang harus di capai semata untuk mengganti perilaku akseptor ajar itu sendiri.
c. Situasi
Faktor suasana dapat di bagi dua yakni yang menyangkut jumlah waktu ialah berapa puluh menit atau beberapa jam pelajaran waktu yang tersedia untuk proses berguru mengajar, sedangkan yang menyangkut keadaan waktu ialah kapan atau pukul berapa pelajaran itu dijalankan.
d. Materi
Dilihat dari hakekatnya, ilmu atau bahan pelajaran mempunyai karakteristik yang berlawanan-beda. Karakteristik ilmu atau bahan pelajaran membawa implikasi kepada penggunaan cara dan teknik di dalam proses mencar ilmu mengajar.
e. Kemampuan
Kemampuan guru ialah faktor penentu. Akhir pertimbangan semua faktor di atas akan sangat bergantung terhadap kreatifitas guru. Dedikasi dan kesanggupan gurulah yang pada akibatnya mensugesti pelaksanaan proses pembelajaran.
D. Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar
Berhasil atau tidaknya tujuan suatu materi tersampaikan oleh guru kepada peserta latih sungguh diputuskan oleh tata cara yang digunakan, hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah, 1991 : 72
“ Metode yakni sebuah cara yang dipakai untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan berguru mengajar, tata cara dibutuhkan oleh guru dan penggunaannya beragam sesuai dengan tujuan yang ingin di capai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya kalau beliau tidak menguasai satu pun sistem mengajar yang sudah dirumuskan dan dikemukakan para hebat psikologi dan pendidikan ”.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak mesti terpaku dengan menggunakan satu tata cara, tetapi guru seharusnya menggunakan sistem bermacam-macam semoga jalannya pelajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak bimbing. Hal ini menimbulkan kompetensi guru sangat diharapkan dalam pemilihan metode yang tepat. Winarno Surakhmad, dalam strategi belajar mengajar (1995) mengemukakan lima macam faktor yang menghipnotis penggunaan metode mengajar selaku berikut :
1. Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya
2. Peserta ajar dengan aneka macam tingkat kematangannya
3. Situasi yang banyak sekali keadaannya
4. Fasilitas yang aneka macam kualitas dan kuantitasnya
5. Pribadi guru serta kesanggupan profesionalnya yang berbeda-beda
Hasil analisis yang dijalankan, lahirlah pengertian wacana kedudukan metode sebagai :
1. Metode sebagai alat motovasi ekstrintik
Motovasi ektrintik menurut Sardiman A. M. (1988 : 90 ) ialah :
“ Motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Karena itu, sistem berfungsi selaku alat perangsang dari luar yang mampu membangkitkan mencar ilmu seseorang ”.
Penggunaan metode yang sempurna dan bervarisai akan mampu dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam aktivitas berguru mengajar.
2. Metode sebagai seni manajemen pembelajaran
Tidak semua anak ajar mampu berfokus dalam waktu yang relative lama dalam kegiatan berguru mengajar. Daya serap anak asuh terhadap materi yang di berikan juga beragam, ada yang cepat, ada yang sedang dan ada yang lambat. Faktor intelegensi menghipnotis daya serap anak bimbing terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak bimbing terhadap materi pelajaran yang diberikan menghendaki santunan waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan sarat mampu tercapai.
Karena itu, dalam acara mencar ilmu mengajar berdasarkan Roetsiyah N. K. (1989:1):
“ Guru harus mempunyai seni manajemen supaya anak didik mampu berguru secara efektif dan efesien, mengena pada tujuan yang dibutuhkan. Salah satu langkah untuk mempunyai seni manajemen itu ialah harus mengusai teknik-teknik penghidangan atau disebut metode mengajar ”.
Dengan demikian, tata cara mengajar yakni strategi pembelajaran sebagai alat untuk meraih tujuan yang diharapkan.
3. Metode sebagai alat untuk meraih tujuan.
Tujuan adalah suatu keinginan yang akan dicapai dalam kegiatan berguru mengajar. Tujuan adalah aliran yang memberi ke arah mana kegiatan berguru mengajar akan di bawa.
Tujuan dari kegiatan berguru mengajar tidak akan pernah selama unsur-unsur lainnya tidak diperlukan. Salah satunya ialah komponen tata cara. Metode ialah salah satu alat untuk meraih tujuan. Dengan memanfaatkan tata cara secara akurat, guru akan bisa meraih tujuan.
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD. Adapun yang menjadi subyek observasi yaitu Kelas VI. Dan observasi langkah-langkah kelas ini dijadwalkan 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 1 kali pertemuan, dengan demikian penelitian ini berlangsung kurang lebih dua ahad.
B. Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas
Prosedur observasi tindakan kelas ini memakai model yang di kembangkan oleh Kurt Lewin yaitu lewat tahapan-tahapan selaku berikut :
· Perencanaan ( rencana )
· Aksi / tindakan ( acting )
· Obeservasi ( observing ), dan
· Refleksi ( reflecting )
( Dikdasmen, 2003 : 18 )
Prosedur pelaksanaannya meliputi 2 siklus, pada setiap siklus berisikan perencanaan, agresi/langkah-langkah, observasi, refleksi.
Untuk lebih jelasnya mampu dilihat pada table di bawah ini :
Siklus I | Perencanaan Identifikasi duduk perkara dan penetapan alternative pemecahan duduk perkara | · Merencanakan pembelajaran · Menentukan Konsep dan Sub Konsep · Mengembangkan skenario pemelajaran · Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) sesuai topik pembelajaran · Menyiapkan sumber mencar ilmu Konsep dan Sub Konsep · Mengembangkan format observasi dan aktifitas pembelajaran · Membuat pengelompokkan siswa |
Aksi / Tindakan | · Menerapkan langkah-langkah mengacu pada skenario pembelajaran yang sudah disiapkan · Melakukan evaluasi ( pre tes dan pos tes ) kemampuan pengertian konsep Matematika dalam bentuk tes. | |
Observasi / Pengamatan | · Melakukan observasi dengan memakai format observasi untuk guru dan siswa · Menilai hasil langkah-langkah dengan menggunakan format lembar kerja siswa (Lomba Kompetensi Siswa) | |
Refleksi | · Melakukan penilaian tindakan yang telah dilakukan yang meliputi penilaian kualitas, jumlah dan waktu dari langkah-langkah yang telah dilaksanakan · Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi perihal skenario, tes kesanggupan pemahaman konsep · Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk dipakai pada siklus berikutnya · Evaluasi tindakan I | |
Indikator Keberhasilan Siklus I | · Instrumen-instrumen yang sudah disiapkan pada siklus I mampu terlaksana semua · Siswa mampu mencar ilmu atau mendemontrasikan dengan sobat dalam membicarakan tugas yang diberikan · Siswa bisa berguru dalam bentuk kelompok · Di atas 50 % siswa menerima nilai di atas 65 pada tes kemampuan pengertian konsep · Di atas 60 % siswa aktif dalam KBM |
Siklus II | Perencanaan | · Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan dilema · Pengembangan program langkah-langkah II |
Aksi / Tindakan | · Pelaksanaan acara langkah-langkah II | |
Pengamatan | · Pengumpulan data dan langkah-langkah II | |
Refleksi | · Evaluasi tindakan II | |
Indikator Keberhasilan Siklus II | · Instrumen-instrumen yang sudah disiapkan pada siklus II dpat terlaksana semua · Antusias dan aktifitas siswa dalam pembelajaran Matematika meningkat · Adanya kenaikan siswa mampu belajar dalam kelompok · Di atas 75 % siswa menerima nilai di atas 65 pada tes kemampuan pemahaman konsep · Di atas 70 % siswa aktif dalam KBM |
C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data observasi ini yakni siswa kelas VI SD. Sedangkan jenis data yang didapatkan ini ialah data kuantitatif dan data kualitatif.
Data kuantitatif dan data kualitatif meliputi :
· Data tes kesanggupan pemahaman konsep Matematika siklus I dan II
· Hasil observasi terhadap acara pembelajaran mencakup siswa dan guru
· Jurnal harian ( catatan harian ) guru dan keadaan kelas
· Foto
2. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan lewat observasi, catatan harian, tes harian, tes kesanggupan pemahaman rancangan matematika.
1) Observasi
Observasi dikerjakan untuk memperhatikan aktifitas siswa selama pembelajaran berjalan. Di dalam acara pengamatan di antaranya akan melihat kenaikan proses pembelajaran yang meliputi ; peningkatan frekuwensi dan atau mutu pernyataan siswa terhadap guru maupun sesama temannya selama interaksi mencar ilmu mengajar, kenaikan koordinasi, diskusi kalangan antar siswa dalam pelaksanaan tugas-peran pembelajaran.
Selain peningkatan proses pembelajaran, di perhatikan pula kenaikan hasil berguru dan penguasaan rancangan pembelajaran yang diharapkan antara lain mencakup : kenaikan hasil pre tes dan pos tes, kenaikan perasaan ingin tahu, kenaikan mutu produk mencar ilmu yang dihasilkan siswa melalui demontrasi dan sebagainya.
Data aktifitas dan penguasaan desain ini diperoleh dengan memakai lembar observasi, LKS dan soal evaluasi yang dilakukan sesuai petunjuk kerja, dan balasannya akan dihitung dangan rumus yang sudah ditentukan.
2) Data tes
Data tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika pada siklus I dan II. Data ini juga ialah data kuantitatif yang diambil dari setiap siklus. Tes kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ini di buat dalam bentuk soal sebanyak 10 butir soal, dijalankan lewat pre tes dan pos tes pada setiap siklus. Hasilnya dibentuk dalam bentuk prosentase dan dilihat selisihnya (gain) antara pre tes dan pos tes. Hal ini dimaksudkan semoga setiap berakhirnya pelaksanaan siklus dapat dimengerti pertumbuhan dan perkembangannya yang di dapat oleh siswa. Dengan demikian karenanya dapat menjadi pola, pertimbangan, bahan refleksi untuk merencanakan pelaksanaan pada siklus berikutnya.
3) Jurnal Harian ( Catatan Harian )
Catatan harian pada penelitian ini tujuannya yakni jurnal harian yang ialah alat bantu perekam yang paling sederhana. Hal ini sejalan dengan usulan tim pelatih PGSM ( 1999, h.57) yang menyatakan bahwa jurnal harian ialah semacam catatan harian. Jurnal harian akan merekam semua acara dalam proses pemelajaran yang tidak terekam pada lembar pengamatan baik berupa aktifitas siswa maupun masalah yang dapat dijadikan pertimbangan bagi pelaksanaan langkah selanjutnya. Sehingga pengamatan yang dikerjakan terhadap hal-hal pembelajaran dapat terekam secata efektif.
Catatan harian ini pun sejalan dengan pendapat Madya (1994, h.35) akan menampung pengamatan, perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi, dugaan, hipotesis, dan penjelasan. Dalam jurnal ini pun dimasukan catatan perihal kegiatan guru dan kondisi kelas pada saat itu.
4) Foto
Foto dipakai dalam penelitian ini supaya dapat merekam kejadian penting yang terjadi di kelas pada ketika aktivitas belajar berlangsung, adapaun faktor yang direkam ialah faktor acara / aktifitas siswa atau untuk memperjelas data dari hasil pengamatan, di samping itu juga untuk menolong dalam diskusi tentang data-data yang lain.
D. Analisis Data
1. Lembar pengamatan, untuk mengenali kemajuan aktifitas mencar ilmu siswa dengan memakai prosentase dari setiap poin dengan rumus :
RP

SM
Keterangan :
NP = Nilai Prosen yang dicari yang diharapkan
RP = Skor tiap item
SM = Skor maksimum / yang diperlukan
1000 = Bilangan tetap
( Purwanto, 2002 : 102 )
2. Tes tertulis / Tes Kemampuan Pemahaman
Adapun langkah-langkah pengolahan data tes tertulis dikerjakan sebagai berikut:
a. Mengitung skor mentah dari setiap tanggapan pre tes dan pos tes. Penskoran dalam tes tertulis diambil menurut jawaban yang benar. Jika balasan benar diberi nilai 1 ( satu ) dan bila tanggapan salah diberi nilai 0 ( nol ).
B

N
Keterangan :
B = Banyaknya soal yang dijawab benar
N = Banyaknya soal
b. Menentukan banyaknya siswa yang mendapat nilai di atas atau sama dengan 6,5
c. Menghitung prosentase banyaknya siswa yang menerima nilai di atas atau sma denga 6,5
3. Data Jurnal harian ( Catatan Lapangan )
Menyimpan atau mendeskripsikan kejadian selama penelitian berlangsung pada siklus I dan II.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari seluruh kegiatan observasi yang dilaksanakan mulai dari antisipasi, pelaksanaan sampai dengan refleksi maka mampu ditarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa hal penting yakni antara lain :
1. Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan metoda demontrasi mampu memperbaiki atau dapat mengembangkan aktifitas minat mencar ilmu siswa. Data hasil pengamatan terhadap aktifitas pertanda bahwa rat-rata prosentase aktifitas/ minat mencar ilmu siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari klasifikasi kurang aktif ( 50.07%) menjadi kategori aktif ( 75.33%), ada selisih kenaikan 25.26%. dengan demikian metoda demontrasi dapat menantang siswa mampu berguru mampu berdiri diatas kaki sendiri, dapat berbagi keahlian berfikir, mampu melakukan kerjasama dalam kalangan dan mampu memproses isu yang telah dimilikinya untuk memecahkan duduk perkara yang dihadapi.
2. Proses KBM dengan memakai metoda demontrasi dapat memajukan kesanggupan intelektual siswa atau memperbaiki hasil berguru siswa. Hal ini mampu ditunjukan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata yang cukup signifikan pada setiap pertemuan dari setiap siklus, ialah siklus I dengan rata-rata 46.98% menjadi 82.28% pada siklus II dengan selisih 35.3%.
B. Saran
Saran-anjuran yang mampu disampaikan dari hasil penelitian ini adalah selaku berikut :
1. Pembelajaran deangan memakai sistem demontrasi ternyata sangat baik juga untuk dipraktekkan pada anak tingkat sekolah dasar, oleh sebab itu guru yang mau mengajar mesti dapat menentukan sistem yang sempurna dalam menyiapkan acara proses berguru membelajarkan.
2. Siswa harus dibiasakan mencar ilmu dihadapkan pada situasi problem yang konkret, asli dan bermakna bagi kehidupannya.
3. Guru terlebih dahulu harus menguasai dan mengerti desain versi pembelajaran supaya dalam pelaksanaannya aktivitas mencar ilmu membelajarkan anak mampu dijalankan secara optimal sehingga sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik, efektif dan efisien.
DAFTAR PUSATAKA
Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Widyaiswara. Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen
Suhardjono (2006), Laporan Penelitian sebagai KTI, makalah pada pelatihan kenaikan mutu guru dalam pengembangan profesi di Pusdiklat Diknas Sawangan, Jakarta, Februari 2006
Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Aksara
UU RI No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta , Asa MAndiri.
Azhar, Arsyad 2003. Media Pembelajaran., Jakarta : Raja Grafindo.
Purwanto, N . 2002. Prinsip-prinsip dan teknik penilaian pengajaran.
PT. Remaja Rosdakarya, Jakarta.
Sadirman, N . dkk. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta
Sadirman, N . dkk. 1991 Ilmu Pendidikan. Bandung, Remaja Rosdakarya.
Abror, abd Rachman, 1993. Psikologi Pendidikan, Yoyakarta : Tiaraa Wacana Yogya.
Perkembangan zaman menuntut mutu sumber daya manusia ke arah yang lebih maju sesuai dan seiring dengan pertumbuhan teknologi. Untuk menguasai teknologi salah satunya mata pelajaran Matematika ialah dasar yang mesti banyak dikuasi oleh setiap siswa sejak dini.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas di SD ihwal pembelajaran Matematika nampak persoalan yang mesti secepatnya di persiapan antara lain :
a) Rendahnya nilai mata pelajaran Matematika setiap menyelenggarakan ulangan harian utamanya pada desain pembuatan data hasil pencapaiannya tidak lebih dari 40 % siswa yang mendapatkan nilai di atas 65, dengan demikian maka hal ini menunjukkan 60 % siswa masih mengalami dilema, sebab nilai tersebut masih di bawah tolok ukur rata-rata ialah di bawah 65.
b) Lemahnya motivasi mencar ilmu siswa alasannya adalah disebabkan oleh aneka macam aspek, baik aspek internal maupun aspek eksternal. Kekurangan motivasi mencar ilmu yang disebabkan faktor internal adalah dengan tidak adanya rangsangan serta gairah dalam mencar ilmu. Karena siswa kurang memahami dari tujuan kebutuhan dalam kehidupannya sehingga dapat menimbulkan lemahnya untuk belajar. Sedangkan aspek eksternal alasannya kurangnya perhatian dari aneka macam pihak, baik pihak keluarga, masyarakat atau pemerintah.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 pada pasal 35 menyatakan ;
“Pelaksanaan pendidikan tidak mungkin terselenggara dengan baik bilamana para tenaga kependidikan maupun para penerima latih dalam kegiatan mencar ilmu mengajar tidak di dukung sumber daya belajar yang di butuhkan ”.
Tugas seorang guru bukanlah cuma sekedar memberikan pelajaran semata, akan namun juga seorang guru yang profesional di tuntut untuk memiliki kemampuan biar dapat menciptakan situasi membelajarkan siswa yang kondusif dan menata ruang berguru yang presentatif.
Mengajar dengan sukses tidak hanya dilaksanakan satu cara atau acuan tertentu yang di ikuti secara rintis, bila seorang guru mengajar matematika cuma memakai satu cara yang serupa dari hari ke hari ( melatih hitung-hitungan ) siswa akan maju dengan cepat, akan namun kesudahannya akan mengecewakan, namun bila seorang guru membelajarkan siswa dengan menggunakan aneka macam cara, atau menghubungkan lewat pengalaman terhadap diri siswa serta menghubungkan dengan kehidupannya sehari-hari maka kesannya akan lain, akibatnya akan autentic serta tahan lama.
Tuntutan kepada kreativitas dan inovasi, guru dalam menciptakan suasana mencar ilmu mengajar yang kondusif tidak lepas dari upaya membuat / mengaplikasikan tujuan Pendidikan Nasional.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 pasal 4 Bab II “ Pendidikan Nasional bermaksud mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yakni manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta berbudi pekerti yang luhur, mempunyai wawasan dan keahlian, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap serta berdikari, dan merasa tanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan ”.
Dengan pernyataan di atas, peneliti berupaya untuk meningkatkan pembelajaran Matematika dengan memakai metoda demontrasi yang menekankan pada siswa untuk mampu memahami konsep dasar Matematika yang sesuai dengan keperluan tuntutan.
Dari persoalan yang ada di Sekolah Dasar, peneliti dengan adanya kesempatan, kesediaan waktu, serta biaya, maka akan menjajal untuk memecahkan problem tersebut di atas dengan melakukan penelitian yang mengacu pada Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ).
B. RUMUSAN MASALAH
a. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah pada bab pendahuluan di atas, maka rumusan dilema ini adalah sebagai berikut :
1) Apakah dengan melalui metoda demontrasi mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran siswa di kelas VI SD?
2) Apakah dengan lewat metoda demontrasi mampu meningkatakan hasil pembelajaran siswa di kelas VI Sekolah Dasar?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengembangkan kegiatan belajar siswa, dalam rancangan pembelajaran Matematika melalui sistem demontrasi di kelas VI SD.
2. Untuk memajukan kesanggupan siswa dalam pembelajaran Matematika pada desain mengkalkulasikan data melalui metoda demontrasi di kelas VI SD.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini akan memberikan faedah untuk perbaikan dan kenaikan proses hasil mencar ilmu utamanya bagi perorangan atau institusi di bawah ini :
1. Bagi Siswa : Belajar Matematika dengan memakai Metode Demontrasi siswa akan tergugah semangat belajarnya sehingga menumbuhkan keberanian untuk menjajal sendiri, mendapatkan sendiri, menyimpulkan sendiri, melaksanakan sebuah tindakan, bertanya, menjawab, berbagi wangsit-inspirasi baru, kolaborasi yang baik antara siswa, sehingga acara dan bergairah belajar siswa lebih hidup dan meningkat.
2. Bagi Guru : Dapat meningkatkan dan membuatkan pengetahuan, sikap ilmiah, kompetensi profesional guru dalam upaya memajukan kualitas proses pembelajaran matematika.
3. Bagi Kepala Sekolah : Menambah pengetahuan pengetahuan dalam pembelajaran Matematika melalui Metode Demontrasi dan selaku materi untuk dijadikan pola dalam menciptakan kebijakan sekolah pada bidang mata pelajaran yang lain.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pembelajaran
Menurut Arief Sadiman ( 1986 ) kata pembelajaran dan pengajaran dapat dibedakan yaitu :
“ Kata pengajaran hanya ada dalam konteks guru-murid di dalam kelas formal, sedangkan kata pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks guru-murid di kelas formal akan tetapi juga meliputi aktivitas belajar mengajar yang tidak disingkirkan guru secara fisik ”.
Sedangkan definisi pembelajaran berdasarkan Arief Sudiman ( 1986 ) adalah :
“ Kegiatan belajar mengajar siswa lewat usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses berguru ”.
Tujuan pembelajaran ialah rumusan sikap yang telah ditetapkan sebelumnya untuk menjadi milik dan harus nampak pada diri siswa selaku akibat dari tindakan berguru yang telah dikerjakan. Tujuan pembelajaran mampu dipilah menjadi tujuan yang besifat kognitif ( pengetahuan ), afektif ( sikap ) dan ataupun psikomotor (keahlian), ini ialah derajat pencapaian tujuan dan hasil pebbuatan belajar siswa.
Minat Belajar
Secara teoristis minat mencar ilmu mampu ditumbuhkan dengan cara menawarkan motivasi atau dorongan pada siswa, supaya mampu melaksanakan sesuatu perbuatan, melakukan langkah-langkah untuk meraih tujuan yang diperlukan.
Membangkitkan motivasi menjadi penting dalam proses pembelajaran, Karena hal tersebut ialah tugas guru. Menurut Moh.Ujer Usman paling tidak ada dua jenis motivasi yang perlu dibangun, yaitu ;
1. Motivasi dari dalam diri sendiri (individu siswa yang disebut motivasi Intrinsik.)
2. Motivasi Ekstrinsik, yaitu motivasi balasan imbas dari luar, baik berbentukpernyataan tujuan atau menyaksikan manfaat pembelajaran, misalnya; Suruhan, ajakan, bujukan atau paksaan yang dikerjakan oleh orang lain yang mampu mensugesti pergantian tingkah laku siswa.
Dalam menumbuhkan minat guru harus mampu menawarkan motivasi, motivasi yang dimaksud adalah motivasi ekstrinsik antara lain :
1. Memberi penguatan kepada jawaban siswa
2. Memberikan pernyataan tujuan pembelajaran baik tujuan secara lazim atau secara khusus.
3. Memberikan standar wacana manfaat mempelajari bahan yang disuguhkan.
4. Menciptakan persaingan diantara siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
5. Mengadakan penilaian ( evaluasi ) dengan mengadakan Tes.
6. Memberikan pertanyaan-pertanyaan khusus ( Kuisioner ) berkaitan dengan materi pelajaran yang disajikan. (Moh. Ujer Usman,1992: 25).
C. METODE DEMONTRASI
Metoda Demontrasi, yaitu cara penyuguhan materi pelajaran dengan mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, suasana, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik bekerjsama maupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan ekspresi.
Guru sebagai salah satu sumber berguru berkewajiban menyediakan lingkungan mencar ilmu yang inovatif bagi acara mencar ilmu mengajar di kelas. Salah satu acara yang mesti dilaksanakan ialah melakukan penyeleksian dan penentuan metoda yang tepat diseleksi untuk mencapai tujuan pengajaran.
Faktor-aspek yang mensugesti pemilihan metoda yaitu :
a. Tujuan
Tujuan merupakan faktor yang paling pokok, alasannya adalah tujuan menggambarkan tingkah laris yang harus dimiliki siswa setelah proses belajar mengajar tamat dilakukan.
b. Peserta asuh
Peserta asuh selaku pihak yang berkepentingan di dalam proses berguru mengajar, alasannya tujuan yang mesti di capai semata untuk mengganti perilaku penerima ajar itu sendiri.
c. Situasi
Faktor suasana dapat di bagi dua yaitu yang menyangkut jumlah waktu adalah berapa puluh menit atau berjam-jam pelajaran waktu yang tersedia untuk proses mencar ilmu mengajar, sedangkan yang menyangkut keadaan waktu ialah kapan atau pukul berapa pelajaran itu dikerjakan.
d. Materi
Dilihat dari hakekatnya, ilmu atau materi pelajaran memiliki karakteristik yang berlainan-beda. Karakteristik ilmu atau materi pelajaran membawa implikasi kepada penggunaan cara dan teknik di dalam proses mencar ilmu mengajar.
e. Kemampuan
Kemampuan guru ialah faktor penentu. Akhir usulansemua faktor di atas akan sangat bergantung kepada kreatifitas guru. Dedikasi dan kemampuan gurulah yang pada akhirnya mensugesti pelaksanaan proses pembelajaran.
D. Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar
Berhasil atau tidaknya tujuan suatu bahan tersampaikan oleh guru terhadap akseptor latih sungguh ditentukan oleh tata cara yang dipakai, hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah, 1991 : 72
“ Metode yakni sebuah cara yang dipakai untuk meraih tujuan yang sudah ditetapkan. Dalam acara belajar mengajar, sistem diperlukan oleh guru dan penggunaannya beragam sesuai dengan tujuan yang ingin di capai sehabis pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya jikalau beliau tidak menguasai satu pun sistem mengajar yang sudah dirumuskan dan dikemukakan para hebat psikologi dan pendidikan ”.
Dalam kegiatan mencar ilmu mengajar, guru tidak harus terpaku dengan memakai satu metode, tetapi guru semestinya memakai sistem beraneka ragam agar jalannya pelajaran tidak membosankan, namun menarik perhatian anak didik. Hal ini menimbulkan kompetensi guru sungguh diharapkan dalam penyeleksian sistem yang tepat. Winarno Surakhmad, dalam strategi mencar ilmu mengajar (1995) mengemukakan lima macam aspek yang mempengaruhi penggunaan sistem mengajar selaku berikut :
1. Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya
2. Peserta latih dengan banyak sekali tingkat kematangannya
3. Situasi yang berbagai keadaannya
4. Fasilitas yang banyak sekali mutu dan kuantitasnya
5. Pribadi guru serta kesanggupan profesionalnya yang berlawanan-beda
Hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pengertian wacana kedudukan tata cara sebagai :
1. Metode sebagai alat motovasi ekstrintik
Motovasi ektrintik menurut Sardiman A. M. (1988 : 90 ) adalah :
“ Motif-motif yang aktif dan berfungsinya, alasannya adalah adanya perangsang dari luar. Karena itu, sistem berfungsi selaku alat perangsang dari luar yang mampu menghidupkan berguru seseorang ”.
Penggunaan metode yang tepat dan bervarisai akan mampu dijadikan selaku alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan berguru mengajar.
2. Metode selaku seni manajemen pembelajaran
Tidak semua anak ajar mampu berfokus dalam waktu yang relative lama dalam aktivitas berguru mengajar. Daya serap anak latih kepada bahan yang di berikan juga beragam, ada yang cepat, ada yang sedang dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mensugesti daya serap anak latih kepada materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak asuh terhadap materi pelajaran yang diberikan menghendaki santunan waktu yang beraneka ragam, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.
Karena itu, dalam kegiatan berguru mengajar berdasarkan Roetsiyah N. K. (1989:1):
“ Guru mesti memiliki seni manajemen biar anak ajar dapat belajar secara efektif dan efesien, mengena pada tujuan yang diperlukan. Salah satu langkah untuk memiliki taktik itu adalah mesti mengusai teknik-teknik penyajian atau disebut tata cara mengajar ”.
Dengan demikian, tata cara mengajar adalah taktik pembelajaran selaku alat untuk meraih tujuan yang diperlukan.
3. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Tujuan yaitu sebuah keinginan yang mau diraih dalam kegiatan berguru mengajar. Tujuan yakni pedoman yang memberi ke arah mana acara mencar ilmu mengajar akan di bawa.
Tujuan dari aktivitas berguru mengajar tidak akan pernah selama bagian-bagian yang lain tidak diperlukan. Salah satunya ialah komponen tata cara. Metode yakni salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan mempergunakan sistem secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan.
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dikerjakan di SD. Adapun yang menjadi subyek observasi yaitu Kelas VI. Dan penelitian langkah-langkah kelas ini dijadwalkan 2 siklus. Setiap siklus berisikan 1 kali konferensi, dengan demikian penelitian ini berlangsung kurang lebih dua ahad.
B. Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas
Prosedur penelitian langkah-langkah kelas ini menggunakan model yang di kembangkan oleh Kurt Lewin yakni lewat tahapan-tahapan selaku berikut :
· Perencanaan ( planning )
· Aksi / langkah-langkah ( acting )
· Obeservasi ( observing ), dan
· Refleksi ( reflecting )
( Dikdasmen, 2003 : 18 )
Prosedur pelaksanaannya meliputi 2 siklus, pada setiap siklus berisikan perencanaan, agresi/langkah-langkah, pengamatan, refleksi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini :
Siklus I | Perencanaan Identifikasi duduk perkara dan penetapan alternative pemecahan problem | · Merencanakan pembelajaran · Menentukan Konsep dan Sub Konsep · Mengembangkan skenario pemelajaran · Menyusun Lembar Kerja Siswa (Lomba Kompetensi Siswa) sesuai topik pembelajaran · Menyiapkan sumber mencar ilmu Konsep dan Sub Konsep · Mengembangkan format observasi dan aktifitas pembelajaran · Membuat pengelompokkan siswa |
Aksi / Tindakan | · Menerapkan langkah-langkah mengacu pada skenario pembelajaran yang sudah disiapkan · Melakukan evaluasi ( pre tes dan pos tes ) kesanggupan pemahaman desain Matematika dalam bentuk tes. | |
Observasi / Pengamatan | · Melakukan pengamatan dengan menggunakan format observasi untuk guru dan siswa · Menilai hasil langkah-langkah dengan menggunakan format lembar kerja siswa (LKS) | |
Refleksi | · Melakukan penilaian langkah-langkah yang sudah dilaksanakan yang mencakup evaluasi kualitas, jumlah dan waktu dari langkah-langkah yang telah dilaksanakan · Melakukan pertemuan untuk membicarakan hasil evaluasi perihal skenario, tes kemampuan pemahaman konsep · Memperbaiki pelaksanaan langkah-langkah sesuai hasil evaluasi untuk dipakai pada siklus selanjutnya · Evaluasi langkah-langkah I | |
Indikator Keberhasilan Siklus I | · Instrumen-instrumen yang sudah disiapkan pada siklus I mampu terlaksana semua · Siswa bisa berguru atau mendemontrasikan dengan sahabat dalam membahas tugas yang diberikan · Siswa mampu belajar dalam bentuk kelompok · Di atas 50 % siswa mendapatkan nilai di atas 65 pada tes kemampuan pemahaman konsep · Di atas 60 % siswa aktif dalam KBM |
Siklus II | Perencanaan | · Identifikasi duduk perkara dan penetapan alternative pemecahan persoalan · Pengembangan program langkah-langkah II |
Aksi / Tindakan | · Pelaksanaan acara tindakan II | |
Pengamatan | · Pengumpulan data dan tindakan II | |
Refleksi | · Evaluasi langkah-langkah II | |
Indikator Keberhasilan Siklus II | · Instrumen-instrumen yang sudah disiapkan pada siklus II dpat terealisasi semua · Antusias dan aktifitas siswa dalam pembelajaran Matematika meningkat · Adanya peningkatan siswa bisa berguru dalam golongan · Di atas 75 % siswa menerima nilai di atas 65 pada tes kemampuan pengertian konsep · Di atas 70 % siswa aktif dalam KBM |
C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data observasi ini adalah siswa kelas VI SD. Sedangkan jenis data yang ditemukan ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
Data kuantitatif dan data kualitatif meliputi :
· Data tes kesanggupan pengertian desain Matematika siklus I dan II
· Hasil observasi kepada kegiatan pembelajaran meliputi siswa dan guru
· Jurnal harian ( catatan harian ) guru dan kondisi kelas
· Foto
2. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui observasi, catatan harian, tes harian, tes kemampuan pengertian rancangan matematika.
1) Observasi
Observasi dikerjakan untuk memperhatikan aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Di dalam aktivitas observasi di antaranya akan menyaksikan kenaikan proses pembelajaran yang meliputi ; peningkatan frekuwensi dan atau kualitas pernyataan siswa terhadap guru maupun sesama temannya selama interaksi berguru mengajar, peningkatan kerjasama, diskusi golongan antar siswa dalam pelaksanaan peran-peran pembelajaran.
Selain peningkatan proses pembelajaran, di perhatikan pula peningkatan hasil mencar ilmu dan penguasaan desain pembelajaran yang dibutuhkan antara lain meliputi : kenaikan hasil pre tes dan pos tes, peningkatan perasaan ingin tahu, kenaikan mutu produk belajar yang dihasilkan siswa lewat demontrasi dan sebagainya.
Data aktifitas dan penguasaan desain ini diperoleh dengan memakai lembar observasi, LKS dan soal evaluasi yang dilaksanakan sesuai isyarat kerja, dan kesudahannya akan dihitung dangan rumus yang sudah ditentukan.
2) Data tes
Data tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika pada siklus I dan II. Data ini juga ialah data kuantitatif yang diambil dari setiap siklus. Tes kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ini di buat dalam bentuk soal sebanyak 10 butir soal, dikerjakan lewat pre tes dan pos tes pada setiap siklus. Hasilnya dibentuk dalam bentuk prosentase dan dilihat selisihnya (gain) antara pre tes dan pos tes. Hal ini dimaksudkan biar setiap berakhirnya pelaksanaan siklus mampu dimengerti kemajuan dan perkembangannya yang di dapat oleh siswa. Dengan demikian karenanya dapat menjadi contoh, pertimbangan, materi refleksi untuk menyiapkan pelaksanaan pada siklus berikutnya.
3) Jurnal Harian ( Catatan Harian )
Catatan harian pada penelitian ini maksudnya ialah jurnal harian yang merupakan alat bantu perekam yang paling sederhana. Hal ini sejalan dengan pendapat tim instruktur PGSM ( 1999, h.57) yang menyatakan bahwa jurnal harian merupakan semacam catatan harian. Jurnal harian akan merekam semua kegiatan dalam proses pemelajaran yang tidak terekam pada lembar observasi baik berbentukaktifitas siswa maupun masalah yang dapat dijadikan pertimbangan bagi pelaksanaan langkah selanjutnya. Sehingga observasi yang dijalankan terhadap hal-hal pembelajaran dapat terekam secata efektif.
Catatan harian ini pun sejalan dengan usulan Madya (1994, h.35) akan menampung pengamatan, perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi, prasangka, hipotesis, dan klarifikasi. Dalam jurnal ini pun dimasukan catatan perihal aktivitas guru dan keadaan kelas pada dikala itu.
4) Foto
Foto digunakan dalam observasi ini agar mampu merekam kejadian penting yang terjadi di kelas pada ketika kegiatan berguru berjalan, adapaun faktor yang direkam adalah aspek acara / aktifitas siswa atau untuk memperjelas data dari hasil observasi, di samping itu juga untuk membantu dalam diskusi perihal data-data yang lain.
D. Analisis Data
1. Lembar observasi, untuk mengetahui pertumbuhan aktifitas belajar siswa dengan memakai prosentase dari setiap poin dengan rumus :
RP

SM
Keterangan :
NP = Nilai Prosen yang dicari yang diperlukan
RP = Skor tiap item
SM = Skor maksimum / yang diharapkan
1000 = Bilangan tetap
( Purwanto, 2002 : 102 )
2. Tes tertulis / Tes Kemampuan Pemahaman
Adapun langkah-langkah pembuatan data tes tertulis dijalankan sebagai berikut:
a. Mengitung skor mentah dari setiap tanggapan pre tes dan pos tes. Penskoran dalam tes tertulis diambil berdasarkan tanggapan yang benar. Jika jawaban benar diberi nilai 1 ( satu ) dan jika jawaban salah diberi nilai 0 ( nol ).
B

N
Keterangan :
B = Banyaknya soal yang dijawab benar
N = Banyaknya soal
b. Menentukan banyaknya siswa yang menerima nilai di atas atau sama dengan 6,5
c. Menghitung prosentase banyaknya siswa yang menerima nilai di atas atau sma denga 6,5
3. Data Jurnal harian ( Catatan Lapangan )
Menyimpan atau mendeskripsikan insiden selama penelitian berlangsung pada siklus I dan II.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari seluruh kegiatan penelitian yang dilakukan mulai dari antisipasi, pelaksanaan hingga dengan refleksi maka mampu disimpulkan bahwa terdapat beberapa hal penting yakni antara lain :
1. Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan metoda demontrasi mampu memperbaiki atau mampu memajukan aktifitas minat belajar siswa. Data hasil pengamatan kepada aktifitas membuktikan bahwa rat-rata prosentase aktifitas/ minat berguru siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari klasifikasi kurang aktif ( 50.07%) menjadi klasifikasi aktif ( 75.33%), ada selisih kenaikan 25.26%. dengan demikian metoda demontrasi mampu menantang siswa bisa berguru mandiri, mampu membuatkan keahlian berfikir, dapat melaksanakan kerjasama dalam kelompok dan bisa memproses berita yang sudah dimilikinya untuk memecahkan problem yang dihadapi.
2. Proses KBM dengan menggunakan metoda demontrasi mampu memajukan kesanggupan intelektual siswa atau memperbaiki hasil belajar siswa. Hal ini mampu ditunjukan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata yang cukup signifikan pada setiap konferensi dari setiap siklus, yakni siklus I dengan rata-rata 46.98% menjadi 82.28% pada siklus II dengan selisih 35.3%.
B. Saran
Saran-usulan yang mampu disampaikan dari hasil observasi ini yaitu selaku berikut :
1. Pembelajaran deangan menggunakan tata cara demontrasi ternyata sangat baik juga untuk dipraktekkan pada anak tingkat sekolah dasar, oleh sebab itu guru yang mau mengajar mesti mampu memilih sistem yang tepat dalam mempersiapkan kegiatan proses belajar membelajarkan.
2. Siswa mesti dibiasakan berguru dihadapkan pada suasana dilema yang positif, sahih dan berarti bagi kehidupannya.
3. Guru terlebih dulu mesti menguasai dan mengetahui konsep versi pembelajaran supaya dalam pelaksanaannya acara berguru membelajarkan anak mampu dilaksanakan secara maksimal sehingga target yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik, efektif dan efisien.
DAFTAR PUSATAKA
Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Widyaiswara. Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen
Suhardjono (2006), Laporan Penelitian selaku KTI, makalah pada pelatihan kenaikan mutu guru dalam pengembangan profesi di Pusdiklat Diknas Sawangan, Jakarta, Februari 2006
Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas.. Jakarta: PT Bumi Aksara
UU RI No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta , Asa MAndiri.
Azhar, Arsyad 2003. Media Pembelajaran., Jakarta : Raja Grafindo.
Purwanto, N . 2002. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. PT. Remaja Rosdakarya, Jakarta.
Sadirman, N . dkk. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta
Sadirman, N . dkk. 1991 Ilmu Pendidikan. Bandung, Remaja Rosdakarya.
Abror, abd Rachman, 1993. Psikologi Pendidikan, Yoyakarta : Tiaraa Wacana Yogya.
Sumber https://forumgurunusantara.blogspot.com
EmoticonEmoticon