Senin, 20 April 2020

Validitas Dan Reliabilitas Dalam Ptk



Menurut  Madya  (2007) terdapat 5 jenis validitas dalam PTK.
a.                   Validitas demokratik,
b.                  Validitas hasil,
c.                   Validitas proses,
d.                  Validitas katalitik, dan
e.                   Validitas dialogues



Validitas Demokratik berkenaan dengan kadar kekolaboratifan penelitian dan pencakupan berbagai suara. Dalam PTK, idealnya Anda, guru lain/pakar sebagai kolaborator, dan murid-murid Anda masing-masing diberi kesempatan menyuarakan apa yang dipikirkan dan dinikmati serta dialaminya selama observasi berjalan. Pertanyaan kunci mencakup: Apakah semua pemangku kepentingan (stakeholders) PTK (guru, kolaborator, direktur, mahasiswa, orang tua) mampu menunjukkan pandangannya? Apakah solusi problem di kelas Anda menunjukkan manfaat kepada mereka? Apakah solusinya mempunyai relevansi atau keterterapan pada konteks kelas Anda? Semua pemangku kepentingan di atas diberi kesempatan dan/atau didorong melalui berbagai cara yang tepat dalam suasana budaya setempat untuk mengungkapkan pendapatnya, gagasan-gagasannya, dan sikapnya kepada duduk perkara pembelajaran kelas Anda, yang fokusnya adalah pencarian penyelesaian untuk kenaikan praktik dalam suasana pembelajaran kelas Anda. Misalnya, dalam masalah penelitian langkah-langkah kelas untuk mengembangkan mutu proses pembelajaran bahasa Inggris, pada tahap refleksi awal guru-guru yang berkolaborasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas, siswa, Kepala Sekolah, dan juga orang renta siswa, diberi potensi dan/atau didorong untuk mengungkapkan pandangan dan pendapatnya perihal suasana dan keadaan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah terkait. Hal ini dikerjakan untuk meraih sebuah kesepatakan bahwa memang ada kelemahan yang perlu diperbaiki dan kekurangan tersebut perlu diperbaiki dalam konteks yang ada, atau juga disebut akad ihwal latar belakang penelitian. Selanjutnya, diciptakan proses yang sama untuk meraih kesepakatan ihwal dilema-dilema apa yang ada, yaitu kenali dilema, dan tentang dilema apa yang hendak menjadi konsentrasi penelitian atau pembatasan dilema observasi. Kemudian, proses yang sama berlanjut untuk merumuskan pertanyaan penelitian atau merumuskan hipotesis tindakan yang hendak menjadi dasar bagi perencanaan langkah-langkah, yang juga dijalankan melalui proses yang melibatkan semua akseptor observasi untuk mengungkapkan pandangan dan pendapat serta ide-gagasannya. Proses yang mendorong setiap akseptor observasi untuk mengungkapkan atau menyuarakan persepsi, pertimbangan , dan gagasannya ini diciptakan sepanjang penelitian berlangsung.

Validitas Hasil mengandung konsep bahwa langkah-langkah kelas Anda membawa hasil yang sukses di dalam konteks PTK Anda. Hasil yang paling efektif tidak hanya melibatkan solusi masalah tetapi juga menaruh kembali problem ke dalam suatu kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan pertanyaan baru. Hal ini tergambar dalam siklus observasi di mana dikala dijalankan refleksi pada final langkah-langkah pemberian tugas yang menekankan aktivitas menggunakan bahasa Inggris lewat tugas ‘information gap’, didapatkan bahwa hanya sebagian kecil siswa menjadi aktif dan sebagian besar siswa merasa takut salah, khawatir, dan aib mengatakan. Maka timbul pertanyaan baru, ‘Apa yang harus dikerjakan untuk mengatasi agar siswa tidak takut salah, tidak khawatir, dan tidak malu sehingga dengan suka rela aktif melibatkan diri dalam aktivitas pembelajaran?’ Hal ini menggambarkan bahwa pertanyaan gres timbul pada akhir sebuah tindakan yang dirancang untuk menjawab suatu pertanyaan, begitu seterusnya sehingga upaya perbaikan berlangsung secara sedikit demi sedikit, berkesinambungan tidak pernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan kondisi. (Mohon dicermati uraian masing-masing tahap dan kesinambungan dilema yang muncul). Validitas hasil juga tergantung pada validitas proses pelaksanaan penelitian, yang ialah kriteriaberikutnya.

Validitas Proses berkenaan dengan ‘keterpercayaan’ dan ‘kompetensi’, yang mampu dipenuhi dengan menjawab sederet pertanyaan berikut: Mungkinkah memilih seberapa mencukupi proses pelaksanaan PTK Anda? Misalnya, apakah Anda dan kolaborator Anda bisa terus mencar ilmu dari proses langkah-langkah tersebut? Artinya, Anda dan kolaborator secara terus menerus mampu mengkritisi diri sendiri dalam suasana yang ada sehingga dapat melihat kekurangannya dan segera berupaya memperbaikinya. Apakah peristiwa atau perilaku dipandang dari perspektif yang berlainan dan lewat sumber data yang berbeda biar terjaga dari ancaman penafsiran yang ‘simplistik’ atau ‘rancu’? Dalam masalah observasi langkah-langkah kelas bahasa Inggris yang disebut di atas, para peneliti dapat menentukan indikator kelas bahasa Inggris yang aktif, mungkin dengan menghitung berapa siswa yang aktif terlibat mencar ilmu menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi lewat tugas-peran yang diberikan guru, dan berapa banyak bahasa Inggris yang diproduksi siswa, yang bisa dihitung dari jumlah kata/kalimat yang diproduksi dan lama waktu yang dipakai siswa untuk memproduksinya, serta adanya upaya guru memfasilitasi pemelajaran siswa. Kemudian bila keaktifan siswa terlalu rendah yang tercermin dalam sekurang-kurangnya perumpamaan yang diproduksi, guru secara kritis merefleksi bareng kolaborator untuk mencari alasannya-sebabnya dan memilih cara-cara mengatasinya. Kalau diharapkan, siswa yang tidak aktif didorong untuk menyuarakan apa yang dinikmati sehingga mereka tak inginaktif dan siswa yang aktif diminta mengungkapkan mengapa mereka aktif. Perlu juga didapatkan apakah ada pergeseran pada diri siswa sesuai dengan indikator bahwa para siswa berganti melalui langkah-langkah pertama berupa derma peran ‘information gap’ dan tindakan kedua berbentukpembelakuan kriteria penilaian, dan perubahan pada diri guru dari peran pemberi wawasan ke peran fasilitator dan penolong. Begitu seterusnya sehingga pemantauan kepada perubahan hendaknya dilakukan secara cermat dan ditarik kesimpulan lewat dialog reflektif yang demokratik.

Perlu dicatat bahwa kompetensi peneliti dalam bidang terkait sangat menentukan mutu proses yang dikehendaki dan tingkat kesanggupan untuk melakukan observasi dan membuat catatan lapangan. Dalam kasus observasi tindakan kelas bahasa Inggris yang dicontohkan di atas, contohnya, mutu proses akan sungguh diputuskan oleh wawasan, pengetahuan dan pemahaman sejati peneliti tentang (1) hakikat kompetensi komunikatif, (2) pembelajaran bahasa yang komunikatif yang meliputi pendekatan komunikatif bersama metodologi dan teknik-tekniknya, dan (3) karakteristik siswanya (intelegensi, gaya belajar, kombinasi kognitif, kepribadian, motivasi, tingkat kemajuan/pemelajaran) dan pengaruhnya terhadap pembelajaran bahasa ajaib. Jika pengetahuan, pengetahuan dan pengertian tersebut kuat, maka peneliti akan mampu dengan lebih mudah memilih sikap-sikap mana yang menunjang tercapainya pergantian yang diharapkan dengan indikator yang tepat, dan juga sikap-sikap mana yang menghambatnya.

Namun demikian, hal ini masih mesti didukung dengan kesanggupan untuk mengumpulkan data, misalnya melakukan pengamatan dan menciptakan catatan lapangan dan harian. Dalam mengamati, tim peneliti dituntut untuk mampu bertindak seobjektif mungkin dalam memotret apa yang terjadi. Artinya, selama memperhatikan perhatiannya terfokus pada tanda-tanda yang dapat ditangkap lewat pancainderanya saja, ialah apa yang didengar, dilihat, diraba (bila ada), dikecap (jikalau ada), dan tercium, yang terjadi pada semua penerima penelitian, dalam masalah di atas pada peneliti, guru dan siswa. Dalam pengamatan tersebut mesti dijaga biar jangan sampai peneliti melaksanakan evaluasi kepada apa yang terjadi. Seperti telah diuraikan di depan, perlu dijaga agar tidak terjadi penyampuradukan antara deskripsi dan penafsiran. Kemudian, diharapkan kompetensi lain untuk membuat catatan lapangan dan harian perihal apa yang terjadi. Akan lebih baik kalau para peneliti merekamnya dengan kaset audio atau audio-visual sehingga catatan lapangan dapat lengkap. Singkatnya, kompetensi peneliti dalam bidang yang diteliti dan dalam pengumpulan data melalui observasi partisipan sungguh menentukan kualitas proses tindakan dan pengumpulan data perihal proses tersebut.

Validitas Katalitik terkait dengan kadar pengertian yang Anda capai realitas kehidupan kelas Anda dan cara mengelola perubahan di dalamnya, tergolong perubahan pemahaman Anda dan murid-murid kepada tugas masing-masing dan tindakan yang diambil sebagai akibat dari perubahan ini.
Dalam kasus observasi tindakan kelas bahasa Inggris yang dicontohkan di atas, validitas katalitik mampu dilihat dari segi kenaikan pemahaman guru terhadap faktor-faktor yang dapat menghambat dan factor-faktor yang memfasilitasi pembelajaran.
Misalnya aspek-faktor kepribadian (lihat Brown, 2000) mirip rasa takut salah dan aib melahirkan inhibition dan kecemasan. Sebaliknya, upaya-upaya guru untuk mengorangkan siswa dengan mempertimbangkan asumsi dan perasaan serta mengapresiasi perjuangan belajarnya merupakan aspek aktual yang memfasilitasi proses pembelajaran. Selain itu, validitas katalitik dapat juga ditunjukkan dalam peningkatan pemahaman kepada tugas baru yang harus dijalani guru dalam proses pembelajaran komunikatif. Peran gres tersebut mencakup peran fasilitator dan peran penolong serta peran pemantau kinerja. Validitas katalitik juga tercermin dalam adanya kenaikan
pemahaman wacana perlunya menjaga semoga hasil langkah-langkah yang dilaksanakan tetap memotivasi semua yang terlibat untuk mengembangkan diri secara stabil alami dan berkelanjutan. Semua upaya memenuhi permintaan validitas katalitik ini dilakukan melalui siklus perencanaan langkah-langkah, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Validitas Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang biasa digunakan dalam penelitian akademik. Secara khas, nilai atau kebaikan observasi dipantau melalui tinjauan sejawat untuk publikasi dalam jurnal akademik. Sama halnya, review sejawat dalam PTK berarti dialog dengan guru-guru lain, bisa melalui sarasehan atau dialog reflektif dengan ‘teman yang kritis’ atau pelaku PTK lainnya, yang semuanya dapat bertindak selaku ‘jaksa tanpa kompromi’.

Kriteria validitas dialogis ini mampu juga mulai dipenuhi dikala observasi masih berjalan, ialah secara beriringan dengan pemenuhan persyaratan demokratik. Yaitu, sehabis seorang peserta mengungkapkan pandangan, pertimbangan , dan/atau gagasannya, ia akan meminta akseptor lain untuk menanggapinya secara kritis sehingga terjadi dialog kritis atau reflektif. Dengan demikian, kecenderungan untuk terlalu subjektif dan simplistik akan dapat dikurangi hingga sekecil mungkin. Untuk memperkuat validitas dialogik, mirip sudah disebut di atas, proses yang serupa dilakukan dengan sejawat peneliti langkah-langkah yang lain, yang kalau memerlukan, diijinkan untuk menilik semua data mentah yang terkait dengan yang sedang dikritisi.

RELIABILITAS PTK
Terkait dengan reliabilitas dalam PTK, Madya  (2007)  menerangkan bahwa reliabilitas dikerjakan dengan: menghidangkan (dalam lampiran) data orisinil seperti transkrip wawancara dan catatan lapangan (jika hasil penelitian dipublikasikan), menggunakan lebih dari satu sumber data untuk menerima data yang sama dan kerja sama dengan sejawat atau orang lain yang berkaitan.

Sumber Bacaan:

Madya,   Prof. Dr. Suwarsih (2007). Penelitian Tindakan Kelas. 


= Baca Juga =




Sumber https://forumgurunusantara.blogspot.com


EmoticonEmoticon