Sabtu, 18 April 2020

Klarifikasi Kenapa Langit Berwarna Biru Secara Ilmiah

Kenapa Langit Berwarna Biru - Masih ingatkah kau pada lagu pelangi?, eits bukan pelangi di matamu, tapi lagu "pelang-pelangi" yang sering kita nyanyikan di taman kanak-kanak. Dari lagu ciptaan eyang A.T Mahmud ini kita berguru bahwa pelangi berwarna merah, kuning, hijau, dan langit yang berwarna biru. Tapi pernahkah dahulu kalian bertanya-tanya kenapa bukan langit yang berwarna merah, kuning atau hijau, mengapa mesti biru?.

 yang sering kita nyanyikan di taman kanak Penjelasan Kenapa Langit Berwarna Biru Secara Ilmiah

Banyak yang bilang langit berwarna biru alasannya memantulkan warna bahari yang serupa-sama biru. Meski terdengar ilmiah nyatanya hal ini cuma mitos. Sudah banyak ilmuan yang berbaris untuk mencari penjelasan ilmiah mengapa langit di siang hari (asal tidak mendung) akan selalu berwarna biru. Mulai dari Leonardo da Vinci, John Tyndall, hingga Sir Rayleigh yang kesudahannya menyempurnakan penelitian ilmiah tentang fenomena ini.

Mungkin kita sering tidak sadar bahwa ketika kita menatap langit, bantu-membantu kita sedang memandang atmosfer bumi, yang tidak lain dan tidak bukan adalah kumpulan udara. Tapi bila langit yaitu udara, mengapa mampu ada warnanya?. Meski tidak kasat mata, bahwasanya udara terdiri dari banyak partikel mirip gas nitrogen dan oksigen, juga uap air, polutan dan abu. Partikel-partikel inilah yang nantinya akan bereaksi dengan cahaya matahari.

Kaprikornus sinar matahari terpancar awalnya merupakan satu paket yang terdiri dari radiasi dan gelombang elektromagnetik. Saat menerobos masuk ke atmosfer bumi, mata kita dapat menyaksikan apa yang disebut sebagai "spektrum cahaya tampak" yang berisikan warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Ketujuh warna tersebut lalu bergabung menjadi cahaya putih.

Di waktu gerimis, cahaya putih ini bisa terurai oleh tetes-tetes hujan menjadi pelangi. Tapi, pembauran cahaya putih yang membuat langit terlihat biru mampu terjadi kapan saja. Fenomena ini disebut banyak ilmuwan sebagai "Rayleigh Scattering".

Saat bertemu dengan partikel gas super kecil di udara, cahaya bergelombang pendek mirip biru, nila dan ungu akan dilempar sampai tersebar ke segala arah. Sementara cahaya bergelombang panjang seperti merah dan jingga akan tanpa hambatan jaya menembus partikel-partikel tersebut. Akibatnya, dengan pelengkap cahaya biru terlempar oleh partikel-partikel di udara, mata kita lebih mayoritas mendapatkan warna biru dibandingkan warna merah.

Tapi tunggu dulu, kenapa langit tidak berwarna ungu? padahal gelombang cahaya ungu lebih pendek dibandingkan dengan cahaya biru!. Hal ini tentu saja bukan alasannya langit pilih kasih. Faktanya matahari memang memancarkan si biru ke bumi dengan energi yang lebih besar dibandingkan dengan si ungu. Selain itu, mata kita juga ternyata lebih peka pada si biru.

Di retina mata kita banyak terdapat sel peka cahaya (brama cone) yang bentuknya mirip contong es krim. Sel-sel brama cone ini paling peka pada 3 warna, adalah merah, hijau, dan biru. Kaprikornus jikalau mata kita disuruh menentukan antara si biru atau si ungu, malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya.

Kalau begitu, kenapa langit pada senja akan berwarna kemerahan?. Karena pada siang hari matahari berada diatas ubun-ubun kita, namun menjelang malam hari terhampar jarak yang lebih jauh antara kita dan matahari dengan sudut yang lebih rendah dari langit. Akibatnya, cahaya matahari harus melalui atmosfer yang lebih tebal sebelum menjamah bumi.

Dalam perjalanan gelombang tersebut, cahaya biru keburu terpental ke segala arah sehingga kalah balapan dengan cahaya merah yang bisa sampai duluan di mata kita. Akhirnya, yang tampak di mata kita tinggal cahaya jingga dan merah membara.

Makara kini kita tahu siapa oknum dibalik penyebab membirunya si langit, dan seperti biasa, terimakasih!!.

Sumber https://www.geologinesia.com/


EmoticonEmoticon