Jumat, 31 Januari 2020

Idul Adha 1433H

%% HARI RAYA QURBAN IDUL ADHA 1433 H DI ACEH %% Pagi ini, kamis 25 Oktober 2012, merupakan hari pertama libur Idul Adha 1433H tahun 2012. Kebanyakan orang tidak mengistimewakan hari raya ini, tetapi bagi kami di Aceh, Hari Raya Idul Adha sama pentingnya dengan Hari Raya Idul Fitri yang dimeriahkan oleh seluruh muslim di seluruh pelosok diunia. Aceh, sangat sakral dengan nuansa islami, hal ini terbukti dengan meriahnya Hari Raya Idul Adha dengan banyak sekali macam peringatan di setiap tahunnya. Pawai Takbiran yang dipusatkan di Mesjid Raya Baiturrahman, sampai aktivitas-aktivitas lain yang bermaksud untuk memeriahkan dan memanfaatkan momentum Idul Adha untuk peningkatan mutu kepercayaan. Dari orang bau tanah, remaja, hingga bawah umur semua hanyut dalam nuansa kegembiaraan Hari Raya Qurban ini. Megang, adalah tradisi turun temurun yang diwariskan oleh nenek moyang kami di aceh. Megang yakni H-1 sebelum puasa Ramadhan, H-1 sebelum Hari Raya Idul Fitri dan H-1 sebelum Hari Raya Idul Adha. Hari ini ialah H-1 sebelum Hari Raya Idul Adha, yan jatuh pada tanggal 26 Oktober besok. Dari kota Banda Aceh, aku berkemas-kemas untuk pulang ke kampung di Gampong Umong Seuribee Kec Lhoong, kab. Aceh Besar, 50 Kilo Meter arah barat Kota Banda Aceh. Tradisi kami, saban hari Meugang seluruh keluarga diharapkan untuk pulang dan berkumpul bersama. Selain itu, yang menjadi ciri khas hari Meugang adalah masak daging di setiap rumah, setiap keluarga di Aceh. Karena itu, permintaan daging sapi dan kerbau di Aceh pada hari Meugang meningkat yang menciptakan harga daging itu melambung tinggi..( Hehe, sekedar ilmu ekonominya dikit ). Dalam benakku sudah terbayang Ibu ku sedang mengolah makanan daging di kampung, saya bergegas berkemas dengan menyiapkan pakaian dan segala perlengkapan serta kabutuhan untuk pulang. Sebelum berangkat, ku sempatkan diri untuk mengubah oli motor bau tanah kesayangan ku, untuk mendukung kelancaran perjalanan nanti. Setelah seluruhnya beres, perjalanan dimulai. Sengaja kecepatan motor ku kuperlambat sampai aku dapat kalem sambil menikmati panorama indah di kiri kanan, terlebih saat mendaki dan menuruni jalan di Gunung Paro dan Gunung Kulu yang populer tinggi, dengan jurang-jurang curam di kiri kanan, serta tikungan-tikungan tajam yang mengharuskan pengendara dan pengemudi mesti ekstrahati-hati. Tiba di kampung, bergegas saya ke dapur dan mengkonsumsi nasi dengan kuliner daging khas Ibu ku. Selesai itu, saya beristirahat dan tertidur sebab lelah setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh. Salah satu panorama sunset jalan Banda Aceh - Lhoong %% HARI RAYA dan QURBAN %% Gema takbir berkumandang, saya baru saja simpulan mandi dan berwudhu untuk shalat Idul Adha, ku kenakan baju koko putih dan kain sarung bermotif hijau. Ku lilitkan kain sal di leher sambil bercermin. Diiringi gema takbir, ku ayunkan langkah menuju Mesjid yang terletak sekitar 700 Meter dari rumah ku. Di perjalanan saya bertemu beberapa teman dan saudara yang juga akan melakukan shalat Idul Adha. Mesjid Baitussalam , merupakan pujian masyarakat di Kampung kami. Mesjid ini dibangun pada bulan Maret 2004, artinya pembangunan Mesjid ini sekitar 9 bulan sebelum Tsunami melanda seluruh pesisir Aceh pada 26 Desember 2004. Kini mesji ini masih dalam pembangunan, namun Alhamdulillah berkat kerjasama dan kedermawanan ummat, sekarang mesjid ini telah dapat digunakan untuk shalat berjamaah, walau penyelesaian nya masih jauh dari tepat. Kini, Ayah ku dipercaya penduduk untuk memimpin selaku Imam Mesjid Kebanggaan Ummat tersebut. Selesai shalat dan menyimak khutbah, kami saling bersalam-salaman dan bermaafan, kemudian langsung pulang untuk bermaafan dengan kedua Orang Tua ku dan semua keluarga kami. Suasana begi indah dan senang, sangat momentum Istimewa untuk bersilaturrahmi. Kami saling bercanda dan tertawa bareng sambil menyantap menu yang disediakan Ibu. Tamu-tamu mulai berdatangan, dari orang bau tanah sampai belum dewasa, dari Ustad hingga Rocker berdatangan dan bersilaturrahmi ke tempat tinggal, kami pun terlarut dalam suasana Hari Raya, layaknya Hari Raya Idul Fitri juga. Keesokan harinya, hari ke 2 Idul Adha, dijalankan penyembelihan hewan qurban oleh panitia qurban Mesjid Baitussalam. 2 ekor kerbau yang diqurbankan, lalu dibagikan kepada yang berhak di Kampung kami. Sebagai Imam Mesjid, Bapak ku kebagian sebuah kepala kerbau, namun Bapak cuma mendapatkan setengahnya, agar setengahnya dapat diberikan terhadap lainnya yang membutuhkan. Sampai di rumah, aku ditugaskan untuk membenahi kepala kerbau tersebut. Meski belum terbiasa, jadinya saya sukses juga menguliti dan memisahkan tulang dan dagingnya setelah nyaris 3 jam berjibaku kepala bertandu itu. Keesokan harinya, hari ke 3 Idul Adha, aku kembali ke Banda Aceh. Kembali beraktifitas seperti biasa, dengan semangat gres dan membawa sejuta ingatan indah idul fitri Idul Adha 1433 H di kampung bareng keluarga tersayang. Penulis : Karyadi Monikeun (Banda Aceh)                                              
Sumber https://karyadi-monikeun.blogspot.com


EmoticonEmoticon